I love my mother as the trees love water and sunshine - she helps me grow, prosper, and reach great heights. ~Terri Guillemets (quotegarden.com)
Kasih ibu......hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia (bagian lirik lagu Kasih Ibu)
Kasih ibu......hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia (bagian lirik lagu Kasih Ibu)
Beberapa hari lagi - tanggal 22 Desember - kita akan memperingati Hari Ibu. Untuk menyambut hari ibu mari kita mengenali sejarah dibalik peringatan Hari Ibu dan merenungkan seberapa penting peran seorang ibu sehingga kita merasa perlu menghargainya dalam suatu perayaan khusus.
Hari Ibu adalah perayaan untuk menghormati sosok ibu dan peran ibu dalam keluarga. Perayaan Hari Ibu diperingati di banyak Negara dengan tanggal dan bulan yang berbeda-beda, pada umumnya di sekitar bulan Maret, April, Mei. Peringatan Hari Ibu dengan tanggal yang berbeda-beda menunjukkan bahwa tiap-tiap Negara memiliki motif dan latar belakang historis yang berbeda-beda dalam memaknai hari ibu. Di Negara-negara Barat, Hari Ibu atau Mother’s Day diperingati di minggu kedua bulan Mei. Dilihat dari sejarahnya, peringatan Hari Ibu di Barat bersumber pada festival atau perayaan di zaman Romawi untuk memperingati Cybele – dewi Yunani ibu dari para dewa termasuk Zeus (mothersdaycentral.com).
Saya kira kinerja riil perempuan yang disebut ibu dalam mengelola kehidupan sebuah keluarga sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan. Seribu hari peringatan untuk menghargai jasa para ibu belum cukup untuk mengimbangi pengabdian mereka. Karena itu, benar kalau ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya kita tidak butuh satu hari khusus untuk menghargai jasa seorang ibu. Penghargaan pada ibu seharusnya dilakukan setiap hari.
Di Negara-negara Arab, Hari Ibu diperingati pada tanggal 21 Maret, di Afghanistan tanggal 12 Juni, di Banglades pada minggu keempat bulan Mei. Di Jepang Hari Ibu diperingati pada tanggal 6 Maret untuk menghormati ibu dari Kaisar Akihito. Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia Hari Ibu diperingati pada tanggal 22 Desember, tanggal ini diambil dari tanggal saat dilaksanakan Konggres Perempuan Indonesia yang pertama yang diselenggarakan di Dalem Jayadipuran Yogyakarta ( sekarang menjadi kantor Balai Pelestarian Sejarah dan dan Nilai Tradisional) pada tanggal 22 – 25 Desember 1928. Konggress ini diikuti oleh 30 organisasi perempuan di Pulau Jawa dan Sumatera. Ide untuk menjadikan tanggal 22 Desember sebagai Hari Perempuan muncul saat Konggres Perempuan yang Ke-3 dan kemudian disetujui oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 Tahun 1959. Tujuan utama peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah untuk memperingati atau menghargai semangat para perempuan Indonesia yang berjuang demi bangsa dan Negara (wikipedia.org)
Sebenarnya kalau peringatan Hari Ibu di Indonesia mengambil momen Konggres Perempuan Indonesia yang pertama dan semangatnya untuk menghargai peran perempuan dalam kehidupan bangsa, maka lebih cocok bila disebut Hari Perempuan atau Women's Day , bukan Mother's Day yang ditujukan untuk merayakan peran ibu rumahtangga (motherhood). Saat ini, peringatan Hari Ibu di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di Negara Barat, dirayakan untuk mengekspresikan rasa sayang dan hormat pada sosok ibu. Ekspresi rasa sayang ibu ini dinyatakan dengan menghadiahi para ibu dengan bunga , pesta-pesta, atau dengan menyelenggarakan lomba-lomba yang tak beda jauh dengan perayaan hari Kartini seperti lomba memasak, berkebaya atau memanjakan para ibu dengan membebaskan mereka dari beban tugas rumah tangga sehari-hari.
Di Amerika Serikat, Hari Ibu merupakan hari libur nasional sehingga dirayakan besar-besaran oleh banyak orang. Sebagai suatu perayaan, Hari Ibu seperti halnya perayaan lainnya tidak dapat steril dari komersialisasi. Menurut IBIS World , penerbit riset bisnis, orang Amerika membelanjakan $ 2,6 milyar untuk membeli bunga, $ 1, 53 milyar untuk hadiah lain-lain dan $ 68 juta untuk kartu ucapan. Komersialisasi yang berlebihan terhadap perayaan Hari Ibu telah membuat pencetus Hari Ibu di Amerika, Anna Jarvis , menyesal telah mengusulkan ide Hari Ibu ( “wished she would have never started the day because it became so out of control ..." - Wikipedia).
Di Indonesia, kritik atau penolakan pada perayaan Hari Ibu juga dilontarkan oleh sebagian masyarakat dengan alasan mengingat sejarah peringatan Hari Ibu di Barat yang bersumber pada penghormatan atau penyembahan pada sosok dewi Cybele atau Dewi Rhea – ibu para dewa. Alasan ini tentunya tidak tepat karena ternyata latar belakang historis Hari Ibu di Indonesia jauh berbeda dengan Hari Ibu di Eropa. Selain karena alasan historis, mereka yang tidak setuju dengan peringatan Hari Ibu juga berpendapat bahwa untuk menghormati sosok ibu bisa dilakukan setiap saat, setiap hari, sehingga tidak dibutuhkan satu perayaan khusus.
Menyimak kontroversi seputar peringatan Hari Ibu, jadi timbul pertanyaan : Penting nggak sih kita memperingati Hari Ibu? Apakah para ibu masih butuh pengakuan atas kontribusi mereka dalam kehidupan keluarga dalam bentuk perayaan khusus bagi mereka?
Saya kira kinerja riil perempuan yang disebut ibu dalam mengelola kehidupan sebuah keluarga sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan. Seribu hari peringatan untuk menghargai jasa para ibu belum cukup untuk mengimbangi pengabdian mereka. Karena itu, benar kalau ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya kita tidak butuh satu hari khusus untuk menghargai jasa seorang ibu. Penghargaan pada ibu seharusnya dilakukan setiap hari.
Namun, sudahkah kita semua setiap saat menyadari dan menghargai kontribusi seorang ibu ?
Tidakkah rutinitas kerja dan aktivitas sehari-hari telah menyita hampir sebagian besar waktu manusia sehingga tiap-tiap anggota keluarga sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, semakin banyak waktu mereka yang dihabiskan di luar rumah dengan komunitasnya sendiri-sendiri. Seorang ibu rumah tangga yang murni mengabdi pada keluarga menjadi tak ubahnya pembantu rumah tangga yang mengerjakan hampir semua urusan domestik anak-anak dan suaminya. Apakah setiap saat kita menyadari kerja keras seorang ibu? Tidakkah kita cenderung menganggap makanan yang tersaji di meja makan, rumah dan baju yang bersih dan rapi sebagai hal yang sudah tersedia begitu saja tanpa menyadari bagaimana proses untuk menyiapkan semua itu?
Kalau selama ini pikiran dan waktu kita habis untuk kegiatan kita sendiri-sendiri di luar rumah, maka kita memang butuh meluangkan sekedar satu hari khusus untuk merenungkan apa makna dan kontribusi ibu dalam hidup kita. Satu hari saja, pikiran dan mata hati kita disegarkan kembali untuk bisa memahami kerja keras seorang ibu. Satu hari saja kita bebaskan para ibu untuk lepas dari rutinitas domestiknya. Kita bahagiakan mereka dengan sekedar memberikan surprise atau bahkan sekedar peluk hangat penuh kasih sayang : Selamat Hari Ibu, Mama/Bunda/Ibu!
Saya kira ibu yang sejati tidak butuh pengakuan, penghargaan atau imbalan untuk apa yang dilakukannya bagi keluarga. Tapi hati mereka akan berbunga-bunga dan matanya akan berkaca-kaca kalau dia mendapatkan pelukan hangat penuh cinta dari anak dan suami , terlebih kalau peluk sayang itu diberikan tiap hari tidak hanya di Hari ibu saja. Mildred B. Vermont (quotegarden.com) menyebut cinta yang tulus dan murni sebagai upah tak ternilai bagi seorang ibu : Being a full-time mother is one of the highest salaried jobs in my field, since the payment is pure love (menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya adalah pekerjaan dengan gaji paling tinggi, karena upahnya cinta yang murni).
Menyambut hari Ibu ini, mari kita simak renungan dan lirik lagu yang mengekspresikan rasa cinta pada sosok seorang ibu dan betapa mulia peran yang dijalankannya. Gambaran tentang sosok ibu dan misi yang diembannya dapat ditemukan dalam percakapan yang indah dan mengharukan berikut ini :
The child asked God, "They tell me you are sending me to Earth tomorrow, but how am I going to live there being so small and helpless?"
God said, "Your angel will be waiting for you and take care of you."
The child further inquired, "But tell me, here in heaven I don't have to do anything but smile and sing to be happy."
God said, "Your angel will sing for you and also will smile for you. And you will feel your angel's love and be very happy."
Again the child asked, "And how am I going to be able to understand when people talk to me if I don't know the language?"
God said, "Your angel will tell you the most beautiful and sweet words you will ever hear, and with much patience and care your angel will teach you how to speak."
"And what am I going to do when I want to talk to you?"
"Your angel will place your hands together and teach you how to pray."
"Who will protect me?"
"Your angel will defend you even if it means risking it's life."
"But I will always be sad because I will not see you anymore."
God said, "Your angel will always talk to you about me and will teach you the way to come back to me, even though I will always be next to you."
At that moment there was much peace in heaven, but voices from Earth could be heard and the child hurriedly asked, "God, if I am to leave now, please tell me my angel's name."
Dan ini visualisasi dalam BAHASA INDONESIA dari dialog di atas.
Apa dan siapa seorang perempuan yang disebut ibu juga dituliskan dalam lirik-lirik lagu berikut ini :
Ibu itu bak malaikat tak bersayap bagi anak-anaknya - dituliskan dalam lirik lagu Dewi Lestari - MALAIKAT JUGA TAHU .
Ibu itu seorang perempuan yang kuat bak superhero - dituliskan dalam lirik lagu SUPER WOMAN
Ibu itu akan selalu mendoakan kebahagiaan anak-anaknya sehingga DI DOA IBU nama kita akan selalu disebut.
Ibu adalah orang terdekat tempat kita berbagi rasa , sahabat paling dekat yang siap setiap saat menampung curahan hati kita. Karena itu, selagi ibu masih di sisi kita , dimana pun dia berada hendaknya kita senantiasa menjalin komunikasi dengannya untuk mengabarkan hal-hal kecil dan pribadi sekalipun , misalnya memberitahukan siapa calon menantunya ...seperti lirik lagu MOTHER HOW ARE YOU TODAY
Akhirnya, menjelang Hari Ibu mari bersama-sama kita renungkan pertanyaan di bawah ini :
Akhirnya, menjelang Hari Ibu mari bersama-sama kita renungkan pertanyaan di bawah ini :
Sebagai ibu apakah saya bisa menjadi sosok ibu sebagaimana ditulis dalam prosa dan lirik lagu-lagu di atas?
Sebagai anak apakah saya bisa menghargai peran penting ibu dalam hidup saya?
Apakah kita telah membalas semua kerja keras dan kasih sayang ibu dengan cinta kasih yang murni (pure love)? Kalau belum, yuk di Hari Ibu ini kita hadiahi para ibu dengan pelukan sayang (sebagai ibu saya akan menunggu hadiah indah ini – sekedar ucapan atau pelukan akan membuat hati saya bahagia )
Gambar : GM Sudarta - imronspiritlife.blogspot.com
Terima kasih penjelasannya tentang Hari Ibu Kartini yang cukup lengkap ini. Salam kenal...
BalasHapusSalam kenal kembali. Semoga bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSangat menginspirasi nih coretannya. . .
BalasHapusKunjungi blog saya juga ya di http://www.wovgo.com/ . Terima kasih banyak . .
Terima kasih telah nengok blog ini.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMemang kasih sayang ibu ke anak sepanjang masa sedang kadangkala kasih sayang anak ke ibu sepanjang galah
BalasHapus