fineartamerica.com
Sebentar lagi tanggal 10 Nopember kita akan memperingati hari pahlawan. Di Indonesia ada figur-figur yang diperingati secara khusus dalam suatu hari peringatan, ada Hari Kartini , ada Hari Ibu, Hari Buruh, Hari Anak, dan Hari Pahlawan. Mengapa kita perlu memperingati hari pahlawan ?Pernahkah kita merenungkan apa arti penting pahlawan dalam kehidupan pribadi maupun berbangsa dan bernegara? Siapa itu pahlawan ? Apa yang membuat seseorang itu disebut sebagai pahlawan?
Setiap orang pasti mempunyai gambaran ideal tentang sosok seorang pahlawan. Apa dan siapa pahlawan bisa berubah-ubah sepanjang perjalanan hidup seseorang. Ketika masih kecil, ketika belum punya wawasan yang luas tentang siapa itu pahlawan., maka pahlawan adalah sosok idola yang dicari dari orang-orang terdekat yang dianggap bisa membahagiakan seperti yang ramah, tidak galak, lucu, dan ini yang paling penting : suka memberi hadiah.
Begitu menginjak bangku sekolah sosok idola mulai bergeser ke para guru yang menjadi figur sentral di dalam kelas. Apa dan bagaimana seorang guru di kelas dan bagaimana caranya memperlakukan muridnya akan tertanam di benak kita. Guru yang menjadi sumber inspirasi, panutan dan idola adalah guru yang tidak hanya pintar tapi juga ramah, tidak galak, lucu, tidak pelit dalam memberi nilai, dan suka memberi hadiah. Hadiah tidak mesti yang mahal, mungkin bisa berupa pensil, serutan, penghapus atau buku yang lucu yang diberikan saat kita mendapatkan nilai terbaik di kelas. Hadiah dari guru yang membahagiakan itu bisa juga sekedar berupa pujian di depan kelas yang bisa membikin hati bangga. Siapa sih yang tidak senang dipuji? Kini ketika tehnologi hiburan berkembang luar biasa canggih , nampaknya anak jarang yang menjadikan guru sebagai sosok idola , entah karena krisis panutan di kalangan guru ataukah karena tehnologi entertainment telah mengambilalih porsi guru sebagai sosok pahlawan, sehingga pahlawan adalah superhero seperti Ultraman, Spiderman, atau man-man lainnya.
Beranjak ke usia remaja, sosok idola beralih ke figur yang tidak jauh dari dunia anak muda : bintang film atau penyanyi. Kekaguman pada figur artis bisa karena talenta seni akting dan suaranya atau daya tarik fisik mereka. Remaja biasanya belum bisa membedakan antara daya tarik karismatik seorang artis dengan kepribadian si artis sesungguhnya. Sehingga kalau mengidolakan seorang artis, yang dijadikan obyek kekaguman bukan sekedar performance-nya tapi juga segala hal yang menyangkut kehidupan pribadi si artis. Jadi jangan heran kalau di TV kita lihat ABG yang menangis bombay ketika tahu vokalis idolanya keluar dari band favoritnya atau bereaksi emosional saat ada gossip yang menjelek-jelekkan si artis idola. Saya belum pernah melihat di TV ada seorang remaja yang menangis emosional ketika mendengar seorang politisi atau pejabat Negara yang dilengser dari jabatannya.
Nampaknya, pahlawan di mata anak lebih mudah didefinisikan, pahlawan adalah sosok idola, sosok yang dikagumi karena pribadinya yang ramah dan menyenangkan atau karena daya tarik talenta seni dan tampilan fisikalnya. Pahlawan yang diperingati sebagai hari nasional tentu saja bukan pahlawan semacam ini.
Hari Pahlawan memperingati Pertempuran Surabaya yaitu peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme (Wikipedia). Untuk mengetahui lebih dalam peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya bisa dibaca DISINI.
Pahlawan yang diperingati sebagai hari nasional adalah mereka yang berkorban demi memperjuangkan keberadaan dan keutuhan Negara, sehingga pahlawan identik dengan mereka yang maju perang mempertahankan eksistensi Negara. Dari sisi perspektif negara, sosok pahlawan terbatas pada mereka yang meninggal demi membela Negara atau ideologi Negara seperti pahlawan kemerdekaan atau pahlawan revolusi yakni gelar yang diberikan kepada 7 orang pahlawan yang meninggal akibat peristiwa G30S PKI. Peringatan hari pahlawan dimaksudkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa bagi kedaulatan Negara dan sekaligus sebagai sarana nation building atau upaya menanamkan nilai-nilai dan spirit cinta bangsa, sebab hanya bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya yang bisa tumbuh menjadi bangsa yang besar.
Pertanyaannya : apakah sebutan pahlawan hanya berlaku bagi mereka yang telah mengorbankan nyawa atau berjasa bagi eksistensi suatu Negara atau mereka yang bertaruh nyawa demi ideologi Negara? Jika demikian, pahlawan itu akan sangat terbatas sekali , karena label pahlawan hanya akan ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang sah yang dibuat oleh penguasa Negara.
Selain itu, kriteria pahlawan yang dilihat dari sisi kepentingan politik dan ideologis bisa menimbulkan persoalan yang sangat rumit. Siapa yang bisa menentukan siapa itu pahlawan dan siapa itu pemberontak? Ramman Kenoun (brainyquote.com) berpendapat seorang yang membunuh atas dasar motif pribadi akan disebut pembunuh, tapi bila seorang membunuh atas nama kepentingan Negara (politik) akan disebut pahlawan (A man who kills on his own is a murderer. A man who kills at his government's request is a national hero). Siapa pahlawan dan pemberontak disini pemaknaannya sangat subyektif , bergantung pada kacamata siapa dan kepentingan politik apa yang melandasinya. Xanana Gusmao adalah pemberontak saat Timor Leste masih menjadi bagian Indonesia, tapi sekarang dia akan dicatat sebagai salah satu pahlawan bagi terbentuknya Negara Timor Leste. Nelson Mandela adalah pembangkang pada rezim apartheid, tapi sekarang dia dikenal sebagai tokoh simbol perdamaian. Memberikan gelar pahlawan bagi seorang tokoh Negara dan politik ternyata tidak mudah, terlalu banyak pertimbangan kepentingan politik di dalamnya. Contohnya, di Indonesia pemberian gelar pahlawan pada mantan Presiden Soeharto akan menimbulkan kontroversi atau pro-kontra yang tak ada habis-habisnya.
Terus, sosok pahlawan seperti apa yang bisa diterima banyak orang? Yang jelas penghargaan atau pengakuan orang pada peran penting seseorang itu sesuatu yang genuine, sesuatu yang tulus keluar dari hati. Ciri pokok seorang pahlawan bukan di sosok fisiknya yang tinggi besar seperti superhero, bukan pada tindakannya yang berani mati atau heroik, bukan pada pengakuan oleh penguasa Negara, tapi lebih pada kesediaannya untuk berkorban demi tujuan luhur. Kebetulan hari pahlawan kali ini berdekatan dengan hari korban –Idul Adha- jadi makna berkorban lebih menemukan momentumnya. Teladan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya demi kepatuhannya pada Allah menjadi cermin bahwa ada kepentingan lebih besar yang perlu diutamakan bukan sekedar kebahagiaan pribadi dan duniawi. Kesadaran dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi tujuan yang lebih luhur menjadi ciri dari orang-orang besar, yang tidak sembarang orang memiliki karakteristik ini. Karena itulah seorang pahlawan adalah seorang yang dengan tulus bersedia mengesampingkan kebahagiaan pribadinya demi kepentingan yang lebih luas dan transedental.
Kalau pahlawan itu diukur dari kerelaan berkorban bagi banyak orang, maka pahlawan yang lebih diterima secara luas adalah pahlawan perdamaian dan kemanusiaan, bukan politik dan ideologis. Kepentingan politik dan ideologis bisa saja melahirkan sosok-sosok heroik yang berani mati demi ide dan nilai-nilai yang diyakininya, namun sosok pemberani ini seringkali meraih cita-citanya dengan menyingkirkan siapa saja yang dianggap menghambat atau bertentangan dengan ideologinya. Sosok semacam ini hanya akan menjadi pahlawan bagi kaumnya, namun tidak akan pernah menjadi pahlawan bagi banyak orang. Mahatma Gandhi, Nelson,Mandela, Bunda Teresa adalah contoh figur yang diterima sebagai pahlawan secara luas. Bunda Teresa diakui kontribusinya bagi kemanusiaan tanpa dibatasi sekat-sekat kepentingan apapun. Mahatma Gandhi terkenal dengan prinsip ahimsa atau melawan kolonialis Inggris tanpa menggunakan kekerasan. Nelson Mandela tokoh dibalik rekonsialisi politik di Afrika Selatan dan sama seperti Gandhi tidak menerapkan politik balas dendam. Mereka inilah pahlawan perdamaian dan kemanusiaan.
Pahlawan perdamaian adalah mereka yang tanpa memperhatikan konsekuensi pribadi, merubah hambatan sebagai peluang untuk pertumbuhan, memanfaatkan rasa takut sebagai alat untuk menunjukkan keberanian, melindungi dan menjaga martabat lawan mereka, menyuarakan jeritan mereka yang tidak dapat berbicara untuk diri mereka sendiri, dan merayakan keragaman untuk pengayaan umat manusia (modelingfutureheroes.com).
Menurut saya, sesungguhnya tidak ada krisis kepahlawanan. Krisis terjadi kalau kita mendefinisikan pahlawan hanya pada ranah Negara dan politik. Jika kepahlawanan lebih dilihat sebagai karakter sebagai spirit, maka pahlawan itu tidak mesti kita cari dari tokoh-tokoh besar, tapi dapat pula ditemukan pada orang-orang biasa , yang mau mengorbankan dirinya demi kepentingan umum. Bisa itu petugas pemadam kebakaran yang gagah berani menembus kobaran api demi menyelamatkan nyawa manusia atau seperti polisi di New York yang berani menembus asap runtuhan gedung saat peristiwa pengeboman WTC yang pada akhirnya ikut menjadi korban tertimbun reruntuhan. Mereka mungkin akan kita lihat hanya sebagai petugas atau aparatur publik yang sedang menjalankan tugas dan kewajibannya, tapi keberanian dan dedikasi mereka pada tugas dan tanggungjawab yang diembannya pantas membuat mereka disebut sebagai pahlawan, sekali pun mereka tidak dimakamkan di taman makam pahlawan. Selama etos kepahlawanan ini masih banyak ditemukan di jiwa manusia Indonesia, saya yakin Indonesia akan tetap eksis.
Selama ini, kita selalu mencari sosok pahlawan pada orang besar dan orang lain. Kita tidak pernah berusaha mencari spirit itu di diri kita sendiri. Memang kita bisa menjadi pahlawan? Bisa kok. Coba kita dengar apa kata lirik lagu HERO–nya Mariah Carey. Lirik lagu ini mengatakan bahwa semua orang dalam dirinya memiliki kapasitas untuk menjadi pahlawan- setidaknya untuk orang-orang terdekat dan untuk dirinya sendiri....ada jiwa kepahlawanan dalam diri tiap orang… a hero lies in you.
Kata-kata dalam lirik lagu Hero bisa memotivasi orang agar mempunyai rasa percaya diri dan berusaha menemukan semangat kepahlawanan dalam dirinya. Menjadi pahlawan untuk diri sendiri adalah dengan menjadi independen, tidak menggantungkan nasibnya pada orang lain atau dikendalikan hidupnya oleh orang lain. …ayo bangkit…temukan siapa dirimu. apa yang bisa kamu lakukan….kamu pasti bisa menjadi pahlawan untuk dirimu sendiri…
Untuk merubah nasib suatu bangsa, tidak harus menunggu kehadiran pahlawan, kita bisa memulainya dari diri sendiri, demikian kira-kira makna kata-kata bijak Bunda Teresa : “Do not wait for leaders; do it alone, person to person”. Apabila dalam diri setiap orang Indonesia mempunyai semangat untuk berbuat yang terbaik untuk dirinya dan orang-orang terdekatnya ataupun dimana saja dia ditempatkan , saya yakin segala karut marut persoalan sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi Indonesia akan bisa dipecahkan. Dengan begitu Hari Pahlawan tidak lagi sekedar memperingati momen peristiwa bersejarah tapi juga memperingati semangat atau etos kepahlawanan yang tumbuh di jiwa setiap bangsa Indonesia.
Akhirnya, selamat Hari Pahlawan dan marilah bersama-sama kita tumbuhkan semangat juang kepahlawanan dalam diri kita masing-masing.
Look inside you and be strong
And you'll finally see the truth
That a hero lies in you
Tidak ada komentar:
Posting Komentar