If you are honest and frank, people may cheat you
Be honest and frank anyway
(The Final Analysis - Mother Teresa)
Baru saja kemarin – Jum’at 15 Juli 2011- aku mendapatkan pelajaran berharga dari dinamika kehidupan sosial bertetangga. Kejadiannya saat aku habis pulang kerja, ada seorang laki-laki dewasa usia akhir 30-an hilir mudik di depan jalan rumahku. Ternyata orang itu kakaknya tetangga depan rumah persis, yang kebetulan saat itu sedang ke rumah mertuanya yang punya hajatan menikahkan adiknya. Karena orang itu jauh-jauh datang dari Semarang maka kupersilahkan masuk rumahku dan kuajak bicara.
Dari ngobrol basa-basi sebentar, dia kemudian minta tolong untuk meneleponkan adiknya itu. Saat itu sebenarnya aku agak curiga kenapa di jaman semua orang punya HP dia tidak punya nomor HP adiknya. Tapi karena kasihan ya aku keluar cari tahu ke tetangga karena kebetulan aku juga tidak punya nomor HPnya. Saat aku keluar, aku minta ibuku menemaninya ngobrol, karena saat itu anak-anakku sibuk di kamarnya masing-masing. Setelah kesana kemari mencari tahu ternyata tidak ada yang punya nomor HP adiknya, yang diketahui hanya alamat rumah mertuanya yang sedang punya hajatan itu.
Tak lama kemudian aku lihat ibuku menyusulku keluar dan bilang kalau orang itu mau ke tempat saudaranya , tapi kehabisan uang dan minta pinjam. Langsung saja aku kembali ke rumah dan kuberi Rp50 ribu dan kutawarkan bantuan untuk memanggilkan taksi. Tapi buru-buru dia jawab tidak usah, mau naik bis saja dan buru-buru minta pamit sepertinya tergesa-gesa banget. Ya sudah, uangnya aku berikan. Orang itu langsung saja jalan dengan cepat sekali.
Habis orang itu pergi, aku menjadi merasa tidak enak. Dan benar saja ada sesuatu yang terjadi dan hal itu baru kuketahui saat suamiku pulang kerja dan menanyakan HPnya yang hari itu ketinggalan di rumah . Aku jawab tadi pagi ada di tempat biasanya yaitu dekat telepon rumah. Ternyata HP itu tidak ada. Aku jadi curiga orang itu pasti mengambilnya saat ibuku meninggalkannya sendirian di ruangan. Karena orang itu satu-satunya yang bertamu ke rumahku hari itu.
Aku tidak menyalahkan ibuku yang tidak menaruh curiga dan berprasangka baik pada orang itu. Aku sendiri pun juga yakin kalau dia saudaranya tetanggaku, karena fisiknya dengan jelas menunjukkan ciri etnis yang sama dengan tetangga depan rumahku. Etnis apa itu, saya kira tidak etis untuk menyebutkannya disini. Aku juga tidak mau berpikiran rasialis dan men-judge orang secara stereotip. Selain itu, selama ini hubunganku dengan tetangga depan rumahku itu juga baik-baik saja. Orangnya bukan orang yang sulit atau orang yang suka ribut dengan tetangga.
Malam harinya, langsung saja aku dan suamiku mencari rumah orang tua tetanggaku yang beralamat di kampung di kotaku yang dikenal sebagai kantung komunitas etnis tertentu. Di sana aku hanya menemui kerabat yang menunggu rumah, karena semua keluarga ada di gedung resepsi. Setelah memperkenalkan diri aku menyampaikan maksud kedatanganku yaitu memberitahukan dan sekaligus meminta konfirmasi apakah benar orang bernama A dengan ciri-ciri fisik tertentu adalah kakak tetanggaku. Disitu akhirnya aku memperoleh informasi yang kuinginkan. Orang itu benar kakaknya tetanggaku, tapi namanya bukan A tapi B. Dia itu biang kerok di keluarganya. Dulunya pernah menjadi pecandu narkoba dan orang tuanya telah menghabiskan banyak uang untuk mengobatinya. Dia juga pernah tinggal di kampung situ, tapi karena sering menipu akhirnya pernah mau dikeroyok oleh orang sekampung. Jadi orang di kampung itu sudah tahu track record buruk tamuku tersebut.
Akhirnya, aku bilang ke suamiku untuk merelakan HPnya. HP tersedia banyak di toko dan bisa dibeli. Tapi dia tidak berhenti menyesali HPnya itu. Aku tidak menyalahkannya. Memang nilai sebuah HP bukan diHPnya , tapi pada file dan nomor-nomor telepon di dalamnya dan itu yang membuat suamiku ‘gelo’ bukan main.
Yah, ternyata untuk berbuat lumrah menurut etika bermasyarakat sekarang ini orang harus berpikir keras. Spontanitas bertindak menurut kata hati yang ingin sekedar menolong tetangga justru dimanfaatkan orang yang punya niat jahat. Pepatah Jawa yang pas untuk kejadian ini adalah ‘ditulung menthung’ - ditolong malahan memukul (menyakiti atau mencelakakan yang menolong).
Dengan adanya kejadian semacam ini, apakah kita harus berpikir ulang untuk berbuat baik? Apakah kita harus meninggalkan hidup bertetangga yang guyup saling tolong menolong dalam kebersamaan yang semua itu sudah diajarkan dan dipraktekkan nenek moyang kita sejak dulu? Apakah kehidupan modern harus memaksa kita membangun tembok keamanan dan sekat-sekat berdasarkan kesamaan kepentingan atau kesamaan identitas? Haruskah kita membentengi diri dengan senantiasa memelihara kecurigaan? Betapa paranoidnya orang semacam ini.
Tindakan yang sebaiknya diambil menurutku adalah seperti yang dinasehatkan oleh Bunda Teresa dalam puisinya yang berjudul The Final Analysis yang intinya menyatakan perbuatan baik yang kita lakukan belum tentu membawa akibat yang baik pula. Niat baik terkadang masih dicurigai ketulusannya atau dianggap mempunyai motif terselubung. Bahkan apabila kita berusaha bertindak baik , jujur dan terus terang mungkin orang akan menipu daya kita. Meskipun begitu janganlah kita berhenti untuk berbuat baik, jujur dan berterus terang. Karena perihal ketulusan dan niat baik manusia yang paling tahu adalah Tuhan sendiri. Penilaian terakhir (final analysis) ada padaNya, bukan antara kita dengan mereka (manusia). Inilah terjemahan The Final Analysis selengkapnya :
“PADA AKHIRNYA” (The Final Analysis)
People are often unreasonable,illogical,and self-centered
Forgive them anyway
Orang seringkali kurang bijaksana, tak bisa berpikir jernih, bahkan cenderung egois
Forgive them anyway
Orang seringkali kurang bijaksana, tak bisa berpikir jernih, bahkan cenderung egois
Tetaplah ampuni mereka
If you are kind, people may accuse you of selfish, ulterior motives
Be kind anyway
Jika engkau berupaya menjadi orang yang baik, engkau mungkin dituduh egois dan punya motif terselubung
Be kind anyway
Jika engkau berupaya menjadi orang yang baik, engkau mungkin dituduh egois dan punya motif terselubung
Tetaplah berusaha menjadi baik
If you are successful, you win some false friends and some true enemies
Succeed anyway
Jika engkau sukses, banyak orang akan berusaha memanfaatkan bahkan memusuhimu
Succeed anyway
Jika engkau sukses, banyak orang akan berusaha memanfaatkan bahkan memusuhimu
Tetaplah berupaya meraih sukses
If you are honest and frank, people may cheat you
Be honest and frank anyway
Jika engkau jujur dan berterus terang, engkau mungkin akan sering ditipu
Be honest and frank anyway
Jika engkau jujur dan berterus terang, engkau mungkin akan sering ditipu
Tetaplah jujur dan berterus terang
What you spend years building, someone could destroy overnight
Build anyway
Apa yang kaubangun dengan kerja keras selama bertahun-tahun mungkin bisa hancur dalam semalam
Build anyway
Apa yang kaubangun dengan kerja keras selama bertahun-tahun mungkin bisa hancur dalam semalam
Tetaplah berusaha membangunnya
If you find serenity and happiness, they may be jeolous
Be happy anyway
Jika engkau hidup bahagia dan sejahtera, mereka mungkin akan cemburu
Be happy anyway
Jika engkau hidup bahagia dan sejahtera, mereka mungkin akan cemburu
Tetaplah berbahagia
The good you do today people will often forget tommorrow
Do good anyway
Perbuatan baik yang kaulakukan hari ini seringkali sudah akan terlupakan besok
Do good anyway
Perbuatan baik yang kaulakukan hari ini seringkali sudah akan terlupakan besok
Tetaplah berbuat baik
Give the world the best you have, and it may never be enough
Give the world the best you've got anyway
Berikan yang terbaik kepada dunia, sekalipun mungkin takkan pernah cukup
Give the world the best you've got anyway
Berikan yang terbaik kepada dunia, sekalipun mungkin takkan pernah cukup
Tetaplah berupaya memberi yang terbaik
You see, in the final analysis, it is between you and GOD
It was never between you and them anyway
Pada akhirnya, yang tinggal hanyalah antara engkau dan TUHAN
It was never between you and them anyway
Pada akhirnya, yang tinggal hanyalah antara engkau dan TUHAN
Bukan antara engkau dan mereka
Antara Kita dan ‘DIA’, Bukan ‘Mereka’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar