Senin, 16 September 2013

Miss World 2013 di Indonesia : Kontes kecantikan dililit kepentingan ideologis dan politik

Ajang kompetisi kecantikan sejagad Miss World 2013 yang berlangsung di Indonesia tengah menjadi isu panas.

Sebelumnya saya tidak begitu tertarik dengan kontes kecantikan ini, karena paling-paling tidak jauh berbeda dengan Miss Universe atau ajang miss-miss lainnya termasuk produk dalam negeri seperti Miss Indonesia, Putra-Putri , Abang-None, Cak-Ning, dll...dll. Intinya,  kecantikan dan ketampanan dilombakan dengan dibumbui dengan kecerdasan dan kepribadian atau istilah kerennya “inner beauty”. Dibungkus dengan alasan apapun kontes-kontes semacam ini tetaplah, substansinya,  lomba kecantikan fisik dan wajah bukan lomba kecerdasan atau intelektualitas. Syarat utama tentu saja tubuh (body) yang proporsional dan wajah yang sedap dilihat, baru kemudian inner beauty.

Saya mulai tertarik mengikuti perkembangan Miss World 2013 saat kontes kecantikan ini menyulut perdebatan sengit antara mereka yang pro dan kontra terhadap penyelenggaraan kontes ini di Indonesia.  Perang wacana tidak hanya di media massa tapi juga merebak ke demo-demo penolakan di beberapa kota di Indonesia.

Ada beberapa point penolakan tapi intinya Miss World ditolak karena ada sesi perempuan pamer kemolekan tubuh dengan pakai bikini.  Tidak disangkal lagi Miss World dan kembarannya Miss Universe ( dan juga American Idol dan X Factor ) adalah produk  industri entertainment  Barat.  Miss World dan Miss Universe menjadi bukti pintarnya pelaku bisnis   memanfaatkan  kecantikan dan keindahan fisik perempuan sebagai pertunjukan yang dapat mendatangkan keuntungan (profit). Di kedua kontes ini perempuan diadu bukan hanya kecantikan parasnya tapi juga proporsi tubuhnya. Darimana bisa tahu tubuh kontestan itu proporsional?  Ya dilihat lekuk liku tubuhnya. Bagaimana caranya? Ya disuruh pakai baju renang model two pieces alias bikini.

Lenggak lenggok pamer tubuh dengan pakai bikini ...  membuat kontes Miss World sangat Barat banget. Menurut pandangan feminis dan gender,  Miss World dituduh terlalu mengeksploitasi tubuh perempuan. Tubuh perempuan dilombakan, dipamerkan, dan dipertontonkan sebagai hiburan atau pertunjukkan yang dipelototi mata jutaan pemirsa TV di berbagai belahan dunia. Dari pespektif nilai agama dan budaya, pamer tubuh ke publik bertentangan dengan ajaran agama dan budaya Indonesia yang menganggap tubuh perempuan sebagai wilayah privat yang saru (memalukan) kalau diekspos ke publik. Tidak heran pabila tiap kali Indonesia mengirim  wakilnya untuk mengikuti kontes kecantikan dunia selalu saja mengundang polemik panas seputar harkat tubuh perempuan. Siapa pun perempuan yang berangkat mewakili Indonesia di kontes kecantikan dunia harus siap di-bully secara verbal oleh massa yang kontra dengan kontes ini.

Pertanyaannya, kenapa kontes kecantikan yang kontroversial ini akhirnya bisa diselenggarakan di Indonesia? Tentunya panitia Miss World telah mempersiapkan acara ini dengan matang, termasuk perijinannya. Tak mungkin kontes bertaraf internasional diadakan tanpa mengantongi ijin pemerintah. Dan tentu saja semua proses perijinan ini butuh persiapan waktu yang lama.

Pertanyaannya lagi, kalau sudah tahu akan banyak penolakan terhadap kontes pamer tubuh perempuan kok akhirnya pemerintah memberikan ijin? Pemerintah jelas tidak akan membiarkan setiap pertunjukkan atau hiburan yang mengundang keramaian dan pengumpulan massa di suatu tempat, apabila tahu acara itu dapat mengundang kerusuhan. Dengan kata lain, pemerintah tidak akan mengeluarkan ijin kalau dirasa pemerintah tidak mampu memberikan jaminan terhadap keamanan acara tersebut.

Kemudian, mengapa akhirnya pemerintah merubah ijin yang telah dikeluarkannya justru pada saat acara itu sudah dipersiapkan dan tidak mungkin dibatalkan lagi ?

Kasus Miss World sama dengan kasus Lady Gaga yang gagal konser tahun lalu. Jika konser Lady Gaga berhasil dibatalkan, maka kalau kasus yang sama terjadi pada Miss World tak terbayangkan bagaimana opini publik internasional terhadap integritas pemerintah Indonesia. Mengingat kontes ini diikuti oleh wakil dari 130-an negara dan acaranya disiarkan ke ratusan negara. Mestinya kalau menolak dengan alasan bertentangan dengan budaya Indonesia, penolakan itu sudah dengan tegas disampaikan pemerintah jauh sebelumnya. Bukan setelah ijin terlanjur dikeluarkan... kemudian menghadapi tekanan sekelompok massa... terus berubah pendirian. Saya yakin  pemerintah jelas tahu ada kelompok  yang akan terlukai keyakinannya oleh terselenggaranya kontes kecantikan semacam ini.  

Terlepas dari sisi negatifnya, harus diakui Miss World sebagai event internasional yang dikenal dan ditonton oleh banyak Negara menawarkan  beberapa sisi positif, utamanya untuk mengenalkan daya tarik wisata dan budaya Indonesia ke dunia. Miss World adalah pintu masuk yang mengintegrasikan Indonesia ke dalam gaya hidup dan budaya global dan sekaligus menjadi bagian dari industri hiburan internasional.  Mengijinkan Indonesia sebagai lokasi Miss World  bisa menjadi promosi pariwisata gratis ke pasar global. Adakah motif ini yang membuat pemerintah mengijinkan Indonesia sebagai Negara penyelenggara kontes Miss World? Entahlah ….tauk…gelap…

Yang membuat saya heran kalau sudah setuju, ijin sudah diberikan, mengapa pada akhirnya pemerintah berubah pendirian  pada saat sudah terlanjur sulit untuk mundur? Dan kalau penolakan Miss World karena ada bikininya, mengapa acara ini tetap ditolak meskipun sesi ini telah ditiadakan? Anehnya lagi, mengapa pemerintah terkesan tunduk patuh pada tekanan sekelompok massa?

Lagi dan lagi, Pemerintah Indonesia plin plan. Pemerintah yang berintegritas yakin bahwa setiap kebijakan dan keputusan yang diambil telah didasarkan pada pertimbangan yang matang berlandaskan pada kepentingan publik, bangsa dan negara.  Kebijakan publik bukan kebijakan yang bisa diubah-ubah semaunya seturut selera dan kepentingan penguasa apalagi karena takut pada tekanan kepentingan sekelompok massa.  Semoga saja pertimbangan pemerintah untuk tetap menyelenggarakan Miss World tapi dengan memindahkan lokasinya ke Bali,  dilandaskan pada pertimbangan keamanan dan kebaikan bersama bangsa Indonesia. Bukan karena takut pada ancaman ormas , tidak juga karena faktor  siapa dibalik panitia penyelenggara Miss World yang kebetulan telah memproklamirkan sebagai calon Wakil Presiden dari partai tertentu.

Kepentingan politik tak dapat dipungkiri telah merambah ke dunia hiburan. Raja TV yang ikut kontes Pemilu 2014 telah nyata-nyata menjadikan acara andalan TV-nya, seperti X Factor dan kini Miss World, sebagai media untuk mejeng dan kampanye politik. Jangan-jangan malahan ada motif kepentingan politik dibalik kontes Miss World 2013 ? Pokoknya jangan sampai Miss World 2013 di Indonesia dijadikan ajang untuk mendongkrak popularitas pemegang lisensi acara tersebut. Kalau benar ada kepentingan politik dibalik kontroversi Miss World 2013, sungguh kasihan bangsa Indonesia ...dipermainkan emosi dan energinya untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Miss World 2013 yang telah dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kultur Indonesia sesungguhnya merupakan kesempatan emas untuk mempertontonkan kekayaan dan keindahan alam dan budaya Indonesia ke dunia internasional , tapi sayang momen ini menjadi mubasir karena direcoki motivasi politik baik dari panitia penyelenggara maupun rezim penguasa. Huh cuapek deh !!

 Gambar : twitter.com dan Sonny Tumbelaka- Kompas.com