Selasa, 24 Desember 2013

My Grown Up Christmas List : Doa dan Harapan untuk Indonesia dan Dunia di Tahun 2014

Tak terasa tahun 2013 akan segera berakhir dan satu minggu lagi kita akan memasuki Tahun Baru 2014.  Memasuki Tahun Baru selalu diawali dengan harapan dan doa agar di tahun yang baru kondisi dunia  lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Namun, di  setiap akhir tahun tetap saja ada catatan-catatan buram tentang polah tingkah manusia yang tinggal di dalamnya. Tahun demi tahun silih berganti,  dunia belum juga lepas dari kisah seputar konflik, peperangan, rebutan kekuasaan, kerakusan, keegoisan, penindasan, dan sejenisnya.

Di awal tahun 2013, kita menapaki kehidupan dengan harapan akan dunia yang lebih damai dan sejahtera.  Namun apa yang terjadi ? Peperangan dan perebutan kekuasaan sampai saat ini masih terus terjadi di beberapa negara di Timur Tengah.  Sudah ribuan nyawa manusia melayang akibat rebutan kuasa politik di Mesir dan Suriah. Dunia nyatanya jauh dari damai.   Di Indonesia, publik dipaksa menonton kerakusan para koruptor yang menilap bermilyar-milyar uang negara untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Akibatnya, rakyat Indonesia tidak kunjung sejahtera.

Dunia memang bukan surga karena dihuni manusia, bukan malaikat. Meskipun begitu, dunia juga bukanlah neraka yang semua penghuninya para pendosa. Selalu saja ada manusia-manusia yang baik– dan saya percaya  pada dasarnya manusia adalah baik. Ibarat benih dia akan tumbuh berkembang dan memberikan buah yang baik jika ditanam di tanah atau media yang baik pula.  Menciptakan media (lingkungan dan sistem) bagi tumbuh kembang benih (manusia) yang baik adalah cara menciptakan “surga” di dunia.


Kebetulan akhir tahun berdekatan dengan Natal. Perayaan Natal dan Tahun Baru membawa pesan yang kompatibel : Natal untuk mengenang kelahiran Yesus Kristus Sang Pembawa Pesan Damai dan Sejahtera bagi dunia, sedang Tahun Baru sebagai gerbang pembuka hari baru dan harapan baru.  Esensi Perayaan Natal dan Tahun Baru adalah panggilan agar manusia ingat kembali dengan misi keberadaannya di dunia yaitu merawat dan memelihara dunia serta memanfaatkan  alam dan segala isinya dengan bijaksana, sehingga menjadikan dunia sebagai tempat tinggal yang nyaman dihuni semua makhluk. Tugas menyediakan media bagi terciptanya “surga” di dunia adalah perintah Tuhan pada manusia.

Di penghujung tahun dan sekaligus menyambut kedatangan Tahun Baru 2014, saya lantunkan doa dan harapan bagi dunia dan negaraku tercinta Indonesia lewat lagu My Grown Up Christmas List.  Lagu pop karya musisi David Foster yang liriknya ditulis oleh Linda Thompson-Jenner ini bicara tentang hadiah Natal yang diinginkan semua manusia dewasa, bukan kado dan pesta-pesta tapi dunia yang damai sebagaimana digambarkan di satu bait lirik berikut :

No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end

Dunia tanpa konflik dan peperangan. Tidak ada nyawa manusia yang terenggut paksa sebagai korban ambisi manusia berebut kuasa. Tak ada lagi sakit hati dan dendam, yang ada hanyalah persahabatan dan cinta kasih yang tak berkesudahan. Inilah  hadiah Natal terindah menurut lagu My Grown Up Christmas List.
  
Akhirnya, saya ucapkan Selamat Natal 2013 khusus bagi teman-teman Kristiani dan selamat menyambut Tahun Baru 2014 untuk  semua sahabat. Meski dunia yang damai sejahtera tak kunjung hadir, janganlah itu menjadikan kita putus harapan. Tetap memelihara keyakinan dan harapan, dan bertindak sekecil apapun yang kita mampu untuk mewujudkan “surga” di sekitar kita. Itu yang bisa kita lakukan.

================

Jika ingin mendengarkan merdu dan indahnya pesan lagu My Grown Up Christmas List bisa diklik versi Kelly Clarkson dan ini yang versi Michael Buble 

Berikut bunyi lirik lengkap lagu My Grown Up Christmas List :

Do you remember me
I sat upon your knee
I wrote to you with childhood fantasies
Well I'm all grown up now
And still need help somehow
I'm not a child but my heart still can dream

So here's my lifelong wish
My grown up Christmas list
Not for myself but for a world in need

No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, no
This is my grown up Christmas list

As children we believe
The grandest sight to see
Was something lovely wrapped beneath the tree
But Heaven only knows
That packages and bows
Can never heal a heartached human soul

No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, no
This is my grown up Christmas list

What is this illusion called the innocence of youth
Maybe only in our blind belief can we ever find the truth

No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, no
This is my grown up Christmas list
This is my only lifelong wish
This is my grown up Christmas list



Sabtu, 12 Oktober 2013

COUNT ON ME : Adakah persahabatan seperti di lirik lagu Bruno Mars ini ?

A true friend never gets in your way unless you happen to be going down - Arnold H.Glasgow

Ini hari Sabtu...week end .... dan libur minggu kali ini menjadi long week end karena ditambah lagi bonus dua hari libur Idul Adha. Saat yang tepat  untuk dolan dan happy-happy dengan keluarga. Tapi tidak untukku. Himpitan tugas memaksaku untuk “istirahat” di depan komputer... merampungkan laporan penelitian dan segala macam tuntutan outputnya yang di-deadline harus sudah dikumpulkan tanggal 25 Oktober 2013.

Untuk refreshing, aku harus cukup puas dengan hiburan di seputaran rumah. Nonton TV misalnya. Begitu klik channel TV ..eh.... beritanya nggak ada yang good news  yang bisa buat kepala jadi enteng, bikin hati jadi mak nyes, bibir jadi tersenyum.  Yang ada malah berita yang bikin tambah stress dan pusing. Mulai soal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang marah dikait-kaitkan dengan Bunda Putri (siapa lagi ini ?!) oleh tersangka korupsi impor daging sapi , kasus Ketua MK tertangkap tangan KPK menerima sogokan kasus Pilkada, kasus pembunuhan dengan modus yang semakin aneh-aneh, dan banyak lagi berita yang bikin perut jadi mules, mulut jadi judes.

Udah ah …matikan TV aja. Lebih enak dengerin musik. Dari selancar di internet aku ketemu lagu Count On Me yang dinyanyikan Bruno Mars. Begitu denger musik dan syair lagu ini…stress hilang yang ada perasaan tenang dan teringat kenangan indah dengan orang-orang terdekat …khususnya sahabat. Lirik lagu ini berkisah tentang persahabatan. Tentang orang yang saling menopang, saling mendukung khususnya saat dalam pencobaan, dalam kesulitan dan kesedihan.

If you ever find yourself stuck in the middle of the sea,
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see,
I'll be the light to guide you

Wow …betapa bahagianya kalau kita punya banyak orang yang siap berkata seperti petikan syair di atas di saat kita dalam masalah. Ya demikian itulah sahabat. Seorang sahabat tidak hanya menerima, tapi juga memberi.  Sahabat tidak hanya butuh dihibur, tapi juga menghibur. Sahabat bukan hanya teman saat suka, tapi lebih lagi teman saat duka.  A friend in need is a friend in deed.

Sahabat tidak akan berkhianat, seperti Brutus mengkhianati Julius Cesar, Yudas mengkhinati Yesus atau Delilah mengkhianati Samson. Betapa banyaknya kita jumpai Brutus dan Yudas di panggung politik . Terlebih lagi di Indonesia yang sebentar lagi  di tahun 2014 akan menghadapi Pemilu. Tunggu saja Brutus dan Yudas-Yudas akan banyak bermunculan. Benar sekali kalau dikatakan sulit menemukan sahabat atau pertemanan yang sejati dan abadi di dunia politik, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Hari ini teman, besok bisa jadi musuh. Hari ini bagian dari koalisi, besok oposisi.   

Aku jadi bertanya-tanya persahabatan macam apa yang terjalin di antara para pejabat dan politisi kita. Bagaimana pertemanan antara Megawati dengan mantan menterinya , SBY,  yang sekarang menjadi Presiden? Bagaimana pertemanan antara SBY dengan mantan wakil presidennya, Yusuf Kalla? Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat,  dengan mantan wagubnya Dede Yusuf? Atau pertemanan antara Gubernur Banten Ratu Atut dengan Wagubnya Rano Karno?

Di lingkup terdekat, di tempat kerja dan di tempat tinggal kita, adakah kita mudah menemukan persahabatan yang sejati? Jangan-jangan selama ini energi dan waktu kita habis terfokus untuk urusan kerja dan kerja, kompetisi dan kompetisi, sehingga lingkungan kerja dan tempat tinggal tidak menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya pertemanan. Kita melihat rekan kerja atau tetangga dari sisi apa yang mereka miliki dan apa yang kita miliki. Bukan apa yang bisa bersama-sama kita miliki dan bersama-sama bisa kita raih dan bersama-sama pula kita nikmati dan kita bagi. Jangan-jangan….kita ….kamu….aku…saling menjadi Brutus dan Yudas bagi yang lain. Kalau benar seperti ini, sulit tercipta surga di lingkungan kita. Semoga saja tidak demikian.

Oh ya…ngomong-ngomong, ini libur panjang kan? Santai saja yuk, daripada mikir politik dan  orang-orang yang pada rebutan kekuasaan yang bikin hati jadi tambah panas, mending kita nyanyi…

You can count on me like one two three
I'll be there
And I know when I need it I can count on you like four three two
And you'll be there
'Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah

Jika ingin tahu lirik lengkapnya, bisa diklik DISINI :





Catatan : Lagu ini aku persembahkan untuk : my hubby yang kemarin tanggal 11 Oktober baru aja ultah. Buat my best friend bu lili,  makasih telah bantu aku menyelesaikan tugas penelitian dll dan  untuk semua rekan kerja mari kita jadikan tempat kerja kita sebagai tempat yang nyaman tidak hanya untuk kerja, tapi juga tempat untuk mendapatkan teman berbagi dalam suka dan duka.


Selamat menikmati liburan dan tak lupa selamat menyambut Idul Adha buat teman-teman muslim semua. 

Gambar : juliefisipuns

Senin, 16 September 2013

Miss World 2013 di Indonesia : Kontes kecantikan dililit kepentingan ideologis dan politik

Ajang kompetisi kecantikan sejagad Miss World 2013 yang berlangsung di Indonesia tengah menjadi isu panas.

Sebelumnya saya tidak begitu tertarik dengan kontes kecantikan ini, karena paling-paling tidak jauh berbeda dengan Miss Universe atau ajang miss-miss lainnya termasuk produk dalam negeri seperti Miss Indonesia, Putra-Putri , Abang-None, Cak-Ning, dll...dll. Intinya,  kecantikan dan ketampanan dilombakan dengan dibumbui dengan kecerdasan dan kepribadian atau istilah kerennya “inner beauty”. Dibungkus dengan alasan apapun kontes-kontes semacam ini tetaplah, substansinya,  lomba kecantikan fisik dan wajah bukan lomba kecerdasan atau intelektualitas. Syarat utama tentu saja tubuh (body) yang proporsional dan wajah yang sedap dilihat, baru kemudian inner beauty.

Saya mulai tertarik mengikuti perkembangan Miss World 2013 saat kontes kecantikan ini menyulut perdebatan sengit antara mereka yang pro dan kontra terhadap penyelenggaraan kontes ini di Indonesia.  Perang wacana tidak hanya di media massa tapi juga merebak ke demo-demo penolakan di beberapa kota di Indonesia.

Ada beberapa point penolakan tapi intinya Miss World ditolak karena ada sesi perempuan pamer kemolekan tubuh dengan pakai bikini.  Tidak disangkal lagi Miss World dan kembarannya Miss Universe ( dan juga American Idol dan X Factor ) adalah produk  industri entertainment  Barat.  Miss World dan Miss Universe menjadi bukti pintarnya pelaku bisnis   memanfaatkan  kecantikan dan keindahan fisik perempuan sebagai pertunjukan yang dapat mendatangkan keuntungan (profit). Di kedua kontes ini perempuan diadu bukan hanya kecantikan parasnya tapi juga proporsi tubuhnya. Darimana bisa tahu tubuh kontestan itu proporsional?  Ya dilihat lekuk liku tubuhnya. Bagaimana caranya? Ya disuruh pakai baju renang model two pieces alias bikini.

Lenggak lenggok pamer tubuh dengan pakai bikini ...  membuat kontes Miss World sangat Barat banget. Menurut pandangan feminis dan gender,  Miss World dituduh terlalu mengeksploitasi tubuh perempuan. Tubuh perempuan dilombakan, dipamerkan, dan dipertontonkan sebagai hiburan atau pertunjukkan yang dipelototi mata jutaan pemirsa TV di berbagai belahan dunia. Dari pespektif nilai agama dan budaya, pamer tubuh ke publik bertentangan dengan ajaran agama dan budaya Indonesia yang menganggap tubuh perempuan sebagai wilayah privat yang saru (memalukan) kalau diekspos ke publik. Tidak heran pabila tiap kali Indonesia mengirim  wakilnya untuk mengikuti kontes kecantikan dunia selalu saja mengundang polemik panas seputar harkat tubuh perempuan. Siapa pun perempuan yang berangkat mewakili Indonesia di kontes kecantikan dunia harus siap di-bully secara verbal oleh massa yang kontra dengan kontes ini.

Pertanyaannya, kenapa kontes kecantikan yang kontroversial ini akhirnya bisa diselenggarakan di Indonesia? Tentunya panitia Miss World telah mempersiapkan acara ini dengan matang, termasuk perijinannya. Tak mungkin kontes bertaraf internasional diadakan tanpa mengantongi ijin pemerintah. Dan tentu saja semua proses perijinan ini butuh persiapan waktu yang lama.

Pertanyaannya lagi, kalau sudah tahu akan banyak penolakan terhadap kontes pamer tubuh perempuan kok akhirnya pemerintah memberikan ijin? Pemerintah jelas tidak akan membiarkan setiap pertunjukkan atau hiburan yang mengundang keramaian dan pengumpulan massa di suatu tempat, apabila tahu acara itu dapat mengundang kerusuhan. Dengan kata lain, pemerintah tidak akan mengeluarkan ijin kalau dirasa pemerintah tidak mampu memberikan jaminan terhadap keamanan acara tersebut.

Kemudian, mengapa akhirnya pemerintah merubah ijin yang telah dikeluarkannya justru pada saat acara itu sudah dipersiapkan dan tidak mungkin dibatalkan lagi ?

Kasus Miss World sama dengan kasus Lady Gaga yang gagal konser tahun lalu. Jika konser Lady Gaga berhasil dibatalkan, maka kalau kasus yang sama terjadi pada Miss World tak terbayangkan bagaimana opini publik internasional terhadap integritas pemerintah Indonesia. Mengingat kontes ini diikuti oleh wakil dari 130-an negara dan acaranya disiarkan ke ratusan negara. Mestinya kalau menolak dengan alasan bertentangan dengan budaya Indonesia, penolakan itu sudah dengan tegas disampaikan pemerintah jauh sebelumnya. Bukan setelah ijin terlanjur dikeluarkan... kemudian menghadapi tekanan sekelompok massa... terus berubah pendirian. Saya yakin  pemerintah jelas tahu ada kelompok  yang akan terlukai keyakinannya oleh terselenggaranya kontes kecantikan semacam ini.  

Terlepas dari sisi negatifnya, harus diakui Miss World sebagai event internasional yang dikenal dan ditonton oleh banyak Negara menawarkan  beberapa sisi positif, utamanya untuk mengenalkan daya tarik wisata dan budaya Indonesia ke dunia. Miss World adalah pintu masuk yang mengintegrasikan Indonesia ke dalam gaya hidup dan budaya global dan sekaligus menjadi bagian dari industri hiburan internasional.  Mengijinkan Indonesia sebagai lokasi Miss World  bisa menjadi promosi pariwisata gratis ke pasar global. Adakah motif ini yang membuat pemerintah mengijinkan Indonesia sebagai Negara penyelenggara kontes Miss World? Entahlah ….tauk…gelap…

Yang membuat saya heran kalau sudah setuju, ijin sudah diberikan, mengapa pada akhirnya pemerintah berubah pendirian  pada saat sudah terlanjur sulit untuk mundur? Dan kalau penolakan Miss World karena ada bikininya, mengapa acara ini tetap ditolak meskipun sesi ini telah ditiadakan? Anehnya lagi, mengapa pemerintah terkesan tunduk patuh pada tekanan sekelompok massa?

Lagi dan lagi, Pemerintah Indonesia plin plan. Pemerintah yang berintegritas yakin bahwa setiap kebijakan dan keputusan yang diambil telah didasarkan pada pertimbangan yang matang berlandaskan pada kepentingan publik, bangsa dan negara.  Kebijakan publik bukan kebijakan yang bisa diubah-ubah semaunya seturut selera dan kepentingan penguasa apalagi karena takut pada tekanan kepentingan sekelompok massa.  Semoga saja pertimbangan pemerintah untuk tetap menyelenggarakan Miss World tapi dengan memindahkan lokasinya ke Bali,  dilandaskan pada pertimbangan keamanan dan kebaikan bersama bangsa Indonesia. Bukan karena takut pada ancaman ormas , tidak juga karena faktor  siapa dibalik panitia penyelenggara Miss World yang kebetulan telah memproklamirkan sebagai calon Wakil Presiden dari partai tertentu.

Kepentingan politik tak dapat dipungkiri telah merambah ke dunia hiburan. Raja TV yang ikut kontes Pemilu 2014 telah nyata-nyata menjadikan acara andalan TV-nya, seperti X Factor dan kini Miss World, sebagai media untuk mejeng dan kampanye politik. Jangan-jangan malahan ada motif kepentingan politik dibalik kontes Miss World 2013 ? Pokoknya jangan sampai Miss World 2013 di Indonesia dijadikan ajang untuk mendongkrak popularitas pemegang lisensi acara tersebut. Kalau benar ada kepentingan politik dibalik kontroversi Miss World 2013, sungguh kasihan bangsa Indonesia ...dipermainkan emosi dan energinya untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Miss World 2013 yang telah dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kultur Indonesia sesungguhnya merupakan kesempatan emas untuk mempertontonkan kekayaan dan keindahan alam dan budaya Indonesia ke dunia internasional , tapi sayang momen ini menjadi mubasir karena direcoki motivasi politik baik dari panitia penyelenggara maupun rezim penguasa. Huh cuapek deh !!

 Gambar : twitter.com dan Sonny Tumbelaka- Kompas.com


Jumat, 05 Juli 2013

Apa dan Siapa Presiden Idola Indonesia 2014 (versi saya)



Waste no more time arguing what a good man should be. Be one. — Marcus Aurelius

Pemilihan Presiden Indonesia masih tahun 2014. Tapi rasa-rasanya saat ini seperti sudah berada dalam masa kampanye. Satu persatu muncul figur-figur publik yang mengkampanyekan dirinya sebagai calon Presiden Indonesia. Ada yang terang-terangan mencalonkan diri seperti  penyanyi dangdut Rhoma Irama, pengacara Farhat Abas, dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakri. Ada pula yang menunjukkan sinyal atau diprediksi hendak mencalonkan diri seperti Prabowo Subianto, Surya Paloh, Yusuf Kalla, Mahfud MD, atau Dahlan Iskan. Bahkan   baru saja partai Hanura secara resmi mencalonkan Wiranto dan Hary Tanoesudibyo sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden. 


Ajang pencarian calon kontestan Presiden Indonesia semakin hangat dengan dipublikasikannya hasil polling beberapa lembaga survei. Yang bikin tambah ramai, berbagai polling tersebut memunculkan figur baru sebagai peraih suara terbanyak yakni Jokowi (Joko Widodo) mantan Walikota Solo yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Paska lengsernya Presiden Soeharto, figur calon presiden Indonesia orangnya itu lagi itu lagi. Sekali muncul figur baru ternyata....eh Jokowi, orang dari daerah saya sendiri...dan lagi-lagi orang Jawa. Dengan tidak bermaksud merendahkan kapasitas dan kapabilitas Jokowi sebagai calon presiden, saya jadi bertanya-tanya mengapa  dari sekitar 240-an juta lebih penduduk Indonesia hanya memunculkan satu figur alternatif. 

Ada apa ini?

Kenapa sampai terjadi justru para artis dan selebritis yang  meramaikan bursa calon pemimpin negara dan daerah? Apakah keberanian Rhoma Irama atau Farhat Abbas memproklamirkan diri sebagai calon presiden hanyalah guyonan semata ataukah  ini sinyal terjadinya kelangkaan atau krisis pemimpin ideal bangsa? 

Kenapa Jokowi unggul di berbagai versi polling calon presiden? Apakah Jokowi itu sudah menggambarkan pemimpin negara yang ideal ? Presiden Indonesia yang ideal itu yang seperti apa?

Untuk menjawab rentetan pertanyaan ini saya mencoba  flashback untuk menengok figur-figur presiden yang pernah kita miliki.

Presiden pertama RI , Ir. Soekarno. Siapa yang meragukan karisma presiden kita yang terkenal ganteng dan flamboyan ini. Dari sisi fisik, Soekarno benar-benar memenuhi kriteria pemimpin menurut teori great man yang berpendapat seorang pemimpin itu sudah diprogram dari sononya. Pemimpin itu bakat yang dibawa sejak lahir. Seorang pemimpin secara fisik menunjukkan sosok yang menonjol : tinggi, besar, dan berparas tampan.   Secara intelektual cerdas dan pandai berorasi sehingga pintar mempengaruhi  banyak orang. Soekarno adalah presiden paling cuuakep dan macho. Lihat saja foto-fotonya saat masih muda, kelihatan sekali aura pesona maskulinitasnya. Presiden pertama kita ini juga sangat cerdas...nggak percaya? Coba baca tulisan-tulisannya di buku “ Di Bawah Bendera Revolusi”. Di buku ini Soekarno menuangkan pemikiran dan ide-ide cerdas dan bernas yang ditulis dalam beberapa bahasa asing. Lagi, yang tidak bisa dilepaskan dari Soekarno adalah kehebatannya dalam berpidato. Suara bariton  Soekarno dan gaya orasinya yang menggelegar penuh semangat sungguh cocok sekali untuk memompa semangat nasionalisme yang memang dibutuhkan saat awal Indonesia merdeka. Soekarno dengan segala kelebihannya akan selalu dikenang sebagai figur ideal presiden Indonesia.  Soekarno adalah sosok presiden yang membanggakan untuk dipamerkan di lingkup internasional. Namun, ada harapan rakyat Indonesia yang belum mampu dipenuhi Soekarno....membawa Indonesia menjadi negara maju , makmur , aman, damai, adil dan sejahtera.

Berikutnya Soeharto. Kenangan apa yang tertanam di benak kita tentang presiden kedua Indonesia ini? Soeharto akan selalu dikenang karena wibawa dan ketegasannya. Di era Soeharto, kondisi ekonomi politik Indonesia benar-benar stabil. Stabilitas terbangun karena Soeharto tidak mentoleril setiap kritik , gerakan, bahkan sekedar wacana  yang dianggap mengganggu kebijakan dan kelangsungan pemerintahannya.  Soeharto berhasil membangun kondisi ekonomi politik yang tenang-tenang saja, tapi ternyata stabilitas ini semu. Secara politik , publik merasa terkekang. Soeharto belum bisa memuaskan dahaga kita akan Indonesia yang adil, demokratis, terbuka,  manusiawi, dan bebas dari rasa takut.

Di era setelah Soeharto atau Era Reformasi, kita mempunyai beberapa Presiden yang terpilih karena kecelakaan politik yaitu Habibie, Gus Dur dan Megawati. Habibie merupakan pemimpin yang cerdas dan berpandangan modern. Gus Dur pemimpin yang berwawasan terbuka, pluralis dan humoris. Megawati satu-satunya presiden perempuan, dikenal berprinsip kuat dan tidak plin-plan. 

Bagaimana dengan Presiden kita saat ini ?  Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dikenal cerdas, pintar pidato, penguasaan konseptual dan bahasa Inggrisnya  bagus, banyak mendapatkan penghargaan nasional maupun internasional, dan sosok fisiknya gagah tinggi besar. SBY  merupakan gambaran pemimpin yang ideal dan pantas untuk dipamerkan di forum internasional. Berbeda dengan era Soeharto, di pemerintahan  SBY keran kebebasan berpendapat dan mengemukakan pikiran dibuka lebar, bahkan orang bisa semaunya mengkritik presiden tanpa takut akan diciduk aparat keamanan negara.  Namun, masyarakat nampaknya masih kurang puas memiliki sosok Presiden seperti ini.  SBY dianggap sangat hati-hati dalam mengambil keputusan, saking hati-hatinya sehingga dianggap lamban dan kurang tegas. SBY juga sangat menjaga sekali penampilannya di depan publik atau  jaim ( jaga image), saking jaim-nya masyarakat menuduh presiden kita ini suka “pencitraan”.
========================================

Masa pemerintahan Presiden SBY sebentar lagi berakhir dan kembali kita akan menyaksikan ajang Presiden Idol di Pemilu 2014. Siapa ya kira-kira calon presiden yang menarik untuk dipilih ? Sudah banyak calon kontestan yang secara terbuka berani mencalonkan diri. Tapi bagi saya pribadi , sepertinya belum ada calon yang cocok di hati. Kenapa kok calonnya itu itu melulu? 

Indonesia sudah merdeka hampir 68 tahun.  Saat ini , saya ingin   punya presiden yang mampu membawa Indonesia menjadi negara demokratis, maju dan sejahtera seperti negara-negara tetangga terdekat  Singapura, Malaysia, atau Korea Selatan.  Impian ini tidak bisa diwujudkan oleh presiden dengan integritas dan kapabilitas mediocre. Saya  butuh “Presiden Baru” yang benar-benar “Baru” bukan hasil daur ulang.  Bukan muka lama, bukan model atau gaya  lama . 

Menjelang pemilu tahun depan, gencar kampanye untuk mengajak kita setback ke masa lalu, mengajak kita  membandingkan kondisi saat ini dengan era Soeharto.  Di mobil dan truk banyak ditempel stiker gambar  Soeharto dengan tulisan:  Piye kabare? Enak jamanku to?” atau ini  Gimana kabarmu, nak? Masih enak zamanku, tho? Kami tidak tahu politik, kami hanya ingin hidup makmur”.  



Mengapa kepemimpinan Soeharto yang menyumbat akses masyarakat untuk mengkontrol kekuasaan Negara menjadi nostalgia indah yang  dirindukan justru saat kini semua orang diberi keleluasaan untuk mengkritisi pemerintah? Sebagai rakyat, saya ingin kebutuhan perut (ekonomi) terpenuhi. Tapi itu saja tidak cukup, saya juga menginginkan situasi politik yang demokratis dan terbuka dimana saya tahu apa yang dilakukan pemerintah dengan uang Negara dan bisa menuntut pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kekuasaannya. Manusia tidak hidup dari “roti” saja, mereka butuh sosialisasi dan aktualisasi diri.   Di abad digital dan internet saat ini, saya tidak menginginkan  Presiden dengan gaya kepemimpinan sentralistis dan tertutup ala Soeharto.  

Saya ingin Presiden Baru nanti sosok yang berintegritas tinggi,  visioner dan sangat mencintai negara dan bangsa Indonesia.
 
Siapa  ya kandidat yang memenuhi kriteria ini ? 

Saya coba menemukan kriteria ini pada tokoh masyarakat,  aktivis, akademisi, pejabat publik, politisi atau pengusaha yang sering mejeng di layar TV. Mungkin ada yang memenuhi kriteria presiden idola versi saya ini. Tapi saya harus kecewa. Kebanyakan pejabat publik, politisi, aktivis, akademisi dan tokoh masyarakat lainnya ternyata banyak yang pintar ngomong dan berargumentasi semau sendiri dan menurut perspektif kepentingannya sendiri-sendiri.  Para penentu masa depan bangsa ini malahan membuat ruang publik politik jadi gaduh, berisik tanpa makna dan arah yang jelas. 

Media elektronik visual – televisi -  menjadi panggung terbuka yang mempertontonkan akrobat politik  para tokoh dan pejabat publik. Banyak akademisi,  aktivis, politisi, pejabat , bahkan tokoh agama yang hanya pintar orasi, debat, dan kotbah tanpa disertai tindakan yang selaras dengan yang diucapkan alias ngomong doang.  Melalui layar TV kita bisa melihat bagaimana mereka  berdebat sampai berbusa-busa tanpa arah. Opini dan pandangan mereka cenderung emosional, sektarian-partisan dan bahkan yang menyedihkan dalam berdebat  tidak berpijak pada etika debat ilmiah yang semestinya, sehingga forum diskusi berubah jadi debat kusir, eyel-eyelan, ad-hominem atau saling menyindir dan  menjelek-jelekkan pribadi lawan debat. Bahkan ada yang saking emosinya sampai adu fisik atau menyiram muka lawan debat dengan air. Benar-benar bikin mual. 

Melihat figur-figur publik yang seperti ini, jangan disalahkan kalau masyarakat menjatuhkan pilihannya pada Jokowi yang berpenampilan paradoksal dengan gambaran atau citra pejabat pemerintah selama ini. Jokowi bilang pejabat itu jangan hanya banyak ngomong yang penting kerja.  Jokowi tidak pandai pidato jadi tidak banyak ngomong yang canggih-canggih. Bahasa yang digunakan Jokowi dalam berkomunikasi juga bahasa yang sederhana dan mampu dipahami masyarakat kebanyakan, tidak sok intelek atau sok pintar bahkan cenderung ndeso. Penampilan wajah dan fisiknya mewakili kebanyakan sosok  rakyat awam, bukan sosok yang gagah dan berwibawa seperti Soekarno dan SBY, bukan sosok yang tegas dan militeristik seperti Soeharto, bukan sosok intelektual seperti Habibie dan juga bukan sosok yang suka kotbah dan menghamburkan ujaran-ujaran yang penuh muatan ayat-ayat kitab suci. 

Sebagai rakyat, saya sudah kenyang melihat figur-figur tokoh yang tampilannya selalu menjaga wibawa, intelektual, sok religius tapi semangat korupsinya luar biasa. Saya  sudah kenyang dibohongi dengan banyak janji-janji pemimpin semacam itu. Ibaratnya ke restoran, sekarang saya pengin menu lain yang enggak bikin eneg. Ibaratnya kekasih, saya sudah enggak mau kekasih yang cakep tapi suka bohong dan bikin sakit hati, sekarang pengin dapat pacar yang tidak perlu tampan yang penting setia dan bisa membuat bahagia. Saya butuh pemimpin yang sederhana, apa adanya, dekat dengan rakyat, tidak menjaga jarak dan sok jaim, tidak suka pencitraan, pokoknya yang penting sayang dengan rakyat dan mau memikirkan bagaimana membahagiakan rakyat Indonesia dan punya komitmen mempertahankan keutuhan Indonesia. 

Setelah memiliki enam orang presiden, baru sadar ternyata presiden ideal yang diinginkan Indonesia itu yang penting punya integritas, setia dan bisa memegang janjinya untuk mensejahterakan  rakyat Indonesia dan menjaga keutuhan NKRI. Untuk saat ini, ada enggak ya pemimpin yang seperti ini selain Jokowi? Mosok cuma satu Jokowi. Kalau Indonesia tidak sedang mengalami krisis kepemimpinan tentunya ada banyak sosok pemimpin yang berkarakter, cinta pada bangsa dan negaranya dan tentu saja tidak ditakuti tapi justru dekat di hati rakyat. 

=============

Bagi siapa pun bakal Presiden Baru Indonesia , jika ingin tahu apa harapan rakyat Indonesia silahkan dengar apa kata Iwan Fals dalam lagunya  "Manusia Setengah Dewa





Gambar :
kaskus.co.id dan rishikajain.com