Kamis, 22 Maret 2012

All is Well : Resep Hidup Bahagia ala Ajahn Brahm

Ketika Anda menemukan kecukupan hati dalam kekinian, Anda akan menyadari bahwa Anda “sudah sampai” – Ajahn Brahm (prakata dalam Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3)

Hari ini – Kamis 22 Maret 2012 –  saya mengikuti talk show Ajahn Brahm  di Solo Paragon Hotel. Lawatan  Ajahn Brahm ke Kota Solo merupakan bagian dari acara Ajahn Brahm Tour d’Indonesia 2012. Yah , akhirnya saya bisa melihat langsung dan mendengarkan  biksu bijak ini menuturkan anekdot-anekdot lucu sarat makna kehidupan.

Siapa Ajahn Brahm ? Saya mengenal Ajahn Brahm melalui buku karyanya yang sangat inspirasional Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya seri 1 dan 2 ( seri 3 terbit Maret 2012 dan saya baru saja membelinya  di acara talk show ini). Ini riwayat hidup yang bisa dibaca dibaca di buku Si Cacing : Ajahn Brahm lahir di London 1951 dan meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambridge University. Pada usia 23 tahun ia menjadi petapa di hutan Thailand dan sejak 1983 pindah ke Perth. Ia mendapat medali John Curtin dari Curtin University Australia atas pelayanannya mengunjungi penjara, rumah sakit, dan rumah duka. Ia berkeliling dunia untuk berbagi kasih dan kebahagiaan dalam ceramah dan retret. Saat ini Ajahn Brahm adalah Biksu Kepala Wihara Bodhinyana di Serpentine dan Direktur Spiritual Budhist Society of Western Australia. 

Setelah melihat langsung Ajahn Brahm saya menyimpulkan bahwa beliau menggambarkan sosok yang tidak jauh dari figur yang selama ini saya lihat di buku Si Cacing: wajah penuh senyum gambaran dari orang yang humoris, dengan tampilan kepala plontos dan baju sederhana seorang biksu. Cerita atau anekdot yang dituturkan sebenarnya merupakan pengulangan dari yang kita baca di buku Si Cacing, namun memang menjadi berbeda saat apa yang selama ini kita baca di buku dituturkan secara langsung oleh penulisnya. Cerita itu menjadi lebih hidup dan yang jelas saya bisa melihat mimik lucu, intonasi, gaya tutur , senyum dan ketawa geli Ajahn Brahm. Dari sosok Ajahn Brahm ini saya bisa mendapatkan contoh orang yang telah bisa mengosongkan diri dari pernak pernik, keruwetan dan kompleksitas kehidupan. Orang yang sepertinya telah bisa melepaskan diri dari  sandera hasrat duniawi sehingga bisa melihat kehidupan dari sisi yang menyenangkan, ringan, lucu dan bahagia. Ya , maklum aja , seorang biksu gitu lho!

Contohnya saat beliau cerita tentang hidupnya yang banyak dihabiskan keliling dunia sehingga hampir semua waktunya dilalui di pesawat terbang. Ketika ditanyakan apa dia tidak takut kalau-kalau suatu saat pesawatnya meledak, dengan enteng Ajahn Brahm menjawab kalau benar saya mati dengan cara itu  What a wonderful way to die ! Ada tiga alasan mengapa beliau menjawab demikian : pertama, mati di pesawat yang meledak adalah cara yang paling cepat (versi pemeluk agama Budha) karena langsung bisa dikremasi. Kedua , tidak direpotkan dengan   proses pemakaman  yang mahal dan yang jelas  tidak perlu beli kapling tempat pemakaman (di pemakaman mewah San Diego Hills Bogor harga per kaplingnya bisa puluhan hingga ratusan juta),  ketiga, mati di atas langit di ketinggian ribuan kilometer berarti mati di  tempat yang sudah semakin dekat dengan surga. Artinya ya bener cara mati yang efisien dan efektif – paling cepat dan hemat lagi. 

Masih banyak lagi cerita lucu sarat pesan  bijaksana yang disampaikan Ajahn Brahm,  namun intisari atau makna pesan yang ingin disampaikan adalah All is well. Apapun yang terjadi dan yang kita hadapi dalam hidup ini kita maknai dari sisinya yang baik dan positif, bahkan peristiwa yang menyakitkan sekali pun. Kalau kita sakit, misalnya, maknai saja sisi positifnya yakni kita bisa istirahat, bisa tidur sepuas mungkin, ditengok kerabat dan teman, dan jadi tahu ternyata banyak orang yang menyayangi kita.   Pesan ini sebenarnya tidak jauh maknanya dengan filsafat “untung” orang Jawa. Sudah tersandung, masih untung tidak luka. Kalau luka, masih untung masih bisa  jalan. Kalau patah tulang, masih untung bisa disambungkan. Pokoknya untung terus. Peristiwa pahit sekali pun, dicari untungnya atau sisi positifnya. All is well. Segala sesuatu itu baik adanya.

Jadi, memang benar sekali kalau sampul depan buku ini menyatakan “ cerita dalam buku Si Cacing ini menginspirasi kita untuk menjadi lebih peka, mawas, tidak serius-serius amat dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan dan kematian. Adanya masalah adalah tak masalah, jika kita bisa menyikapi hidup dengan penuh ketulusan, penerimaan, dan kewelasan”. 

Sebagai penutup mari kita baca cerita pembuka dalam buku Si Cacing 3 berikut ini :

Perangkap Tikus
Suatu ketika ada seekor tikus yang hidup di rumah seorang petani. Ia adalah seekor tikus kecil yang bahagia, sebab ia mendapat cukup banyak makanan. Sungguh bagus punya tikus di rumah, karena itu artinya kita tidak memerlukan penyedot debu. Biar si tikus yang memunguti remah-remah kecil dan mungil…,tapi itu kalau kita bisa melatih si tikus untuk mengambil remah di tempat yang benar. Ha ha ha.
 
Masalahnya, petani pemilik rumah tak pernah menyukai tikus itu. Suatu hari, ketika si tikus mengintip melalui retakan di tembok, ia melihat petani itu tengah membuka sebuah bungkusan. Saat ia melihat benda dalam bungkusan itu, ia ketakutan. Petani itu ternyata membeli sebuah perangkap tikus !

Begitu gegernya tikus itu sampai-sampai ia langsung menemui sahabatnya, Si Ayam, dan berseru, “Pak Tani beli perangkap tikus! Ini mengerikan! Ini bencana!”
Namun Si Ayam malah berkata,”Bukan masalahku. Tak ada hubungannya denganku, itu urusanmu, Tikus! Pergi sana!”

Tikus itu tidak mendapat simpati dari ayam, jadi ia pergi menemui sahabatnya yang lain, Tuan Babi. “Tuan Babi, Tuan Babi! Pak Tani beli perangkap tikus. Ini berita mengerikan, aku tidak tahu apa aku bisa tidur nyenyak malam ini! Aku dalam bahaya!”

Tuan Babi berkata ,”Gak ada urusannya denganku. Urusanmu! Perangkap tikus gak bisa menangkap babi. Kamu lagi sial saja, sana pergi!”

Tikus itu begitu kecewa dengan Tuan Babi, maka ia menemui sahabatnya yang lain , Nyonya Sapi.

“Nyonya Sapi! Tolonglah aku! Pak Tani sudah beli perangkap tikus! Aku begitu paranoid sekarang! Kamu tahu kan tikus biasanya lari kesana kemari dan tidak tahu lari menginjak apa. Aku bisa menginjak perangkap itu dan aku akan terbunuh…!”  

Nyonya Sapi berkata,”Wah, wah…Itu pasti karma dari kehidupan lampaumu…Tapi sayangnya, tidak ada hubungannya denganku.”

Tikus itu tidak mendapatkan simpati dari satu pun sahabatnya. Dengan muram, ia pulang ke liangnya. Malam itu, seekor ular menyusup ke rumah petani itu dan ekornya terkena perangkap tikus itu.

Ketika istri petani datang untuk memeriksa apakah perangkap itu sudah menangkap tikus, ular itu mematuk istri petani itu. Akibatnya, istri petani itu menderita sakit berat. Karena beratnya sakit sang istri, petani itu berpikir , “Apa ya yang bagus untuk orang sakit?  Aah … sup ayam!”

Maka petani itu mengambil ayam, memotong kepalanya, membuluinya, dan merebusnya menjadi sup untuk istrinya. Si ayam kehilangan nyawanya.

Istri petani tak kunjung sembuh. Sanak saudara berdatangan untuk memastikan apakah istri petani itu baik-baik saja. Karena banyak tamu berkunjung, petani tidak tahu harus menyediakan makanan dari mana buat mereka. Jadi ia menangkap si babi, menjagalnya, lalu menyajikan sosis dan ham untuk tamu-tamunya. Si babi pun kehilangan nyawanya.

Sekali pun telah melakukan segala upaya, istri petani malang itu meninggal jua. Karena ia meninggal – Anda tahu betapa mahalnya upacara pemakaman, maka petani harus memotong sapi dan menjual dagingnya untuk membayar biaya upacara. Jadi pada akhirnya, si ayam mati, si babi kehilangan nyawa, dan si sapi dijagal…. Semua ini karena perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus, tapi masalah semuanya.

Kita sering berpikir, “Ini tidak akan mempengaruhiku, tak ada urusannya denganku. Ini masalah orang lain.” Tapi kisah ini memberitahu kita :”Bukan! Ini bisa jadi masalahku juga.”
Itulah sebabnya mengapa kita harus saling menolong satu sama lain, walau kita tidak tahu bagaimana hal itu berakibat pada kita. Jika ada masalah dalam hidup Anda, mohon jangan berpikir bahwa ini masalah Anda, atau masalah dia. Alih-alih, pikirkan itu sebagai masalah kita, sebab kita semua berada di dalamnya bersama-sama, dan bagian yang indah dalam proses ini adalah berbagi dengan orang lain.

Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama. Jika upaya kita berhasil dan mencapai akhir yang baik, luar biasa. Tapi meskipun tidak berhasil, hal yang penting adalah : kita bekerja bersama-sama. Pokok masalahnya bukanlah dalam menyelesaikan semua masalah kita, namun ada pada kenyataan bahwa kita tidak bekerja sama. Di situlah masalahnya.

Jika kita belajar untuk saling bekerja sama, kita akan memiliki kehidupan spiritual yang menakjubkan ini, dan kita tidak akan merasa begitu kesepian. Lalu, kita pun makin dekat dengan realitas bahwa kita semua ada dalam perahu ini bersama-sama.

Jumat, 09 Maret 2012

Perempuan-Perempuan Inspirasional

8 Maret kemarin dunia memperingati Hari Perempuan Internasional yang ditujukan  untuk mengapresiasi kiprah perempuan di ranah publik.  Ada banyak hari peringatan untuk perempuan, selain Hari Perempuan Internasional ada Hari Ibu, di Indonesia ada Hari Kartini. Kenapa perempuan begitu diistimewakan? Mengapa tidak ada Hari Bapak atau Hari Laki-laki ? 

Jawabnya karena dunia ini milik laki-laki…it’s a  man’s world. Laki-laki sudah sejak lahir diberi hak istimewa untuk menguasai dunia. Segala kemudahan, akses, dan fasilitas disediakan keluarga, masyarakat dan Negara untuk mempersiapkan para lelaki mengisi posisi-posisi penting di ranah publik. Dunia perempuan adalah ranah domestik, ranah keluarga. Pembagian peran ini sudah berlangsung berabad-abad, sudah tradisi bahkan diinternalisasikan sebagai suatu yang kodrati. Tapi ternyata pembagian peran gender ini bukan sesuatu yang kodrati, karena tidak semua perempuan bisa atau mau menerima dikerangkeng dalam kotak peran yang rigid. Perempuan adalah manusia yang mempunyai potensi dan keinginan yang sama dengan manusia laki-laki. 

Ketika dunia luar (sektor publik–politik dan dunia kerja), berkembang semakin beragam, dinamis dan kompleks dan  akses pendidikan dibuka luas bagi perempuan, perempuan menjadi tidak lagi puas selamanya dibatasi dalam  peran domestik, pada  urusan seputar dapur, sumur dan kasur. Banyak perempuan sarjana yang ingin mengabdikan ilmunya, maka dimulailah eksodus besar-besaran perempuan ke ranah publik.  Dunia yang semula hanya diperuntukkan bagi laki-laki.

Kartini dijadikan hari khusus untuk diperingati di Indonesia, karena dia lah sosok perempuan yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi kaumnya. Kartini adalah pelopor yang mendobrak pintu dunia pendidikan yang saat itu tertutup rapat bagi perempuan. Hari Perempuan Internasional adalah hari untuk menghormati para perempuan seperti Kartini, para perempuan yang berjuang bagi kesetaraan, keadilan dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mengabdikan segenap potensi dan kapabilitasnya demi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. Tidak ada ruginya membuka keran emansipasi bagi kaum perempuan. Bagi saya Kartini adalah perempuan inspirasional, karena ide-ide dan pemikirannya yang cemerlang maka saya saat ini bisa mengabdi sebagai pendidik dan mampu menuangkan ide di blog ini. 

Di abad internet ini, masih banyak perempuan yang belum sepenuhnya lepas dari belenggu diskriminasi dan ketertindasan. Banyak Negara yang bertekad kuat mempertahankan system sosial budaya yang membatasi perempuan untuk berkontribusi di ranah publik. Namun ternyata kendala apapun tidak bisa membunuh semangat perempuan untuk maju. Berikut ini sosok-sosok perempuan yang dengan gagah berani meneriakkan tuntutan akan kesetaraan dan keadilan gender.

Aung San Suu Kyi
Pemimpin perempuan pro-demokrasi Birma atau Myanmar yang memberi contoh pada dunia tentang gaya politik yang berwajah perempuan : sabar, pelan, tabah , tidak gampang putus asa dan  anti kekerasan. Itulah strategi politik yang ditempuh Suu Kyi dalam menghadapi rezim diktator yang brutal. 

Kisah hidup Aung San Suu Kyi memberi pelajaran hidup yang berharga : orang  tidak harus menjadi keras dan kejam untuk menjadi kuat …You don’t need to be fierce to be strong.  Puluhan tahun dipenjara , diperlakukan tidak manusiawi, dipisahkan dari anak dan suami, tidak mampu memupus semangat perempuan ini untuk melawan pemerintahan otoriter. Keberanian untuk merobohkan rezim militer tumbuh dari keyakinan Suu Kyi bahwa , pada akhirnya, tidak ada junta yang bisa melebihi kekuatan atau semangat rakyat untuk meraih kebebasan. … no junta is stronger than a people's yearning to be free. Suu Kyi terjun ke dunia politik tidak didorong motif meraih  kekuasaan pribadi, tidak juga karena memperjuangkan suatu ideologi. Hanya satu misinya yaitu mewujudkan hak rakyat untuk memerintah sendiri dan yakin bahwa demokrasi adalah sarana bagi masyarakat yang bebas untuk mewujudkan masa depan bersama (guardian.co.uk ).  

Sosok Aung Sang Suu Kyi menjadi bukti nyata bahwa perempuan bukanlah makhluk lemah, yang harus dilindungi dan dibatasi geraknya di seputar urusan rumah tangga. Perempuan punya kekuatan dan daya tahan yang luar biasa serta kemampuan politik yang tidak kalah dengan laki-laki. 

Shirin Ebadi
Shirin Ebadi adalah seorang hakim perempuan di Iran. Dia menjadi hakim perempuan pertama di Iran saat berusia 23 tahun dan juga perempuan Muslim pertama yang menerima Nobel Perdamaian. Penghargaan Nobel diberikan karena perjuangannya membela hak-hak asasi manusia, khususnya kaum perempuan di Iran (guardian.co.uk). Pada awalnya, Ebadi adalah pendukung revolusi Iran, tapi dalam perkembangannya dia beralih haluan menjadi penentang rezim setelah melihat ketidakadilan yang dialami perempuan, termasuk  pengalamannya pribadi. Ebadi dipindahkan ke bagian administrasi, karena rezim yang berkuasa berpandangan perempuan tidak pantas menjadi hakim. Diadministrasikan justru membuka peluang Ebadi untuk membuka bantuan hukum khusus mendampingi kasus hukum mereka yang mengkritisi pemerintah atau anak korban kekerasan. Karena aktivitasnya ini, Ebadi masuk ke dalam daftar orang yang harus dimusnahkan. Ancaman keamanan yang bertubi-tubi akhirnya memaksanya mengasingkan diri ke luar negeri. Di usia 63, Ebadi tetap memperjuangkan hak kaum perempuan lewat tulisan dan kuliah yang dia lakukan dari Inggris

Malalai Joya
Malalai Joya adalah politisi dan pejuang hak asasi manusia dari Afghanistan (guardian.co.uk ). Saya mengagumi perempuan ini karena keberaniannya mengemukan pikiran dan pendapat dalam upaya memperjuangkan perbaikan nasib perempuan, sesuatu yang menjadi perjuangan klasik kaum perempuan sejak jaman Kartini hingga jaman internet sekarang ini.  Kebebasan berpikir, berpendapat atau pun kebebasan mimbar menjadi hal yang given di Negara demokratis maju, namun jelas tidak bagi Negara seperti Afghanistan. Hanya perempuan dengan keberanian luar biasa yang nekat menyuarakan emansipasi perempuan di mimbar parlemen Afghanistan yang jelas-jelas didominasi laki-laki. Karena keberaniannya menyuarakan ketidakadilan dan penindasan terhadap kaum perempuan, Malalai Joya mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan dan hingga saat ini harus hidup berpindah-pindah dari satu safe house (rumah perlindungan) ke safe house lainnya . Namun semua itu tidak menyurutkan semangatnya untuk memperbaiki nasib kaumnya. Tidak salah memang kalau perempuan satu ini dijuluki sebagai “perempuan paling berani di Afghanistan”. 

Zaha Hadid
Zaha Hadid   adalah contoh nyata dari sisi positif emansipasi : perempuan bila diberi kesempatan yang luas untuk mengembangkan potensinya,  dia bisa menghasilkan karya yang luar biasa dan mendatangkan manfaat bagi kemajuan peradaban manusia. Zaha Hadid adalah ratu arsitektur dari Irak yang membangun bangunan-bangunan fenomenal di berbagai belahan dunia. Hadid (60 tahun) lahir dan dibesarkan di Irak, pada tahun 1971 pindah ke Britain. Di Negara barunya ini dia bisa dengan maksimal mengembangkan potensinya yang brilian. Berbagai penghargaan bidang arsitektur berhasil digondol Hadid , diantaranya, dia adalah perempuan pertama yang mendapatkan penghargaan arsitektur bergengsi  Pritzker Prize  di tahun  2004. Tahun 2010 karyanya Maxxi museum di Roma berhasil memenangkan Stirling Prize.   Arsitektur bangunan karya  Hadid bercirikan modern, futuristik dan sekaligus indah. Jika ingin tahu bagaimana karyanya bisa klik http://www.zaha-hadid.com/archive/

Setelah membaca kisah hidup para perempuan di atas, saya berkesimpulan emansipasi kaum perempuan seharusnya tidak harus direspon secara negative thinking. Tuntutan untuk memberi kesempatan berkarya di ranah publik bagi perempuan jangan dipandang sebagai ancaman bagi eksistensi dan kuasa di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi domain kekuasaan laki-laki. Perubahan tuntutan hidup yang semakin kompleks tidak memungkinkan laki-laki untuk berperan sebagai aktor utama dalam dunia kerja. Perempuan adalah partner yang bisa melengkapi dan memperkuat posisi laki-laki. Laki-laki dan perempuan yang kerja bareng bahu membahu akan mampu membangun peradaban yang lebih baik. Emansipasi sendiri hendaknya lebih dipahami sebagai kehendak bebas (free will) yang disodorkan ke perempuan. Intinya, perempuan diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup mana yang akan dijalaninya. Mau menjadi apa dan siapa, keputusan sepenuhnya diserahkan perempuan. Apakah menjadi ratu rumah tangga atau berkiprah di dunia kerja ataupun kedua-duanya …it’s okey , sepanjang itu mendatangkan kenyamanan dan kebahagiaan.

Tapi ada satu hal yang perlu juga diingat oleh kaum perempuan, bahwa mereka mengemban tugas mulia : melestarikan keberadaan manusia di bumi. Artinya setinggi-tingginya mereka terbang menggapai cita-cita , ada tanggungjawab dan peran mereka yang tidak bisa dilimpahkan kepada kaum laki-laki yakni hamil dan melahirkan. Kalau semua perempuan mengejar karier dan membuat pilihan bebas untuk hidup untuk kenyamanan dan kebahagiaan dirinya sendiri, terus gimana dong masa depan spesies manusia ?

Jadi gapailah cita-citamu setinggi langit, wahai perempuan. Tapi ingat ada SabdaNya yang itu menjadi tanggungjawab kodrati yang diletakkan di pundakmu : penuhilah bumi ini dengan keturunanmu. Tidak berarti perintah ini harus dimaknai sebagai semangat untuk memproduksi anak sebanyak-banyaknya demi melipatgandakan jumlah umatNya dan menjadikan peran perempuan sebatas seperti ayam petelur. Tidak seperti itu. Sabda ini saya kutip untuk mengingatkan bahwa emansipasi tidak harus diartikan sebagai penghapusan fungsi reproduksi dan domestik dari daftar peran perempuan. Sebab kalau ini yang terjadi, maka musnah pula misi keberadaan manusia di bumi. Dampak negatif emansipasi yang seperti ini yang seharusnya dicegah agar tidak terjadi.

Gambar : 
Aung San Suu Kyi - Time
Shirin Ebadi - guardian.co.uk
Malalai Joya - peacealliancewinnipeg ca
Zaha Hadid - mattersoftaste.wordpress.com