Minggu, 28 Agustus 2011

Tentang Manusia dan Kerja : Don’t Give Up


“I don't like work – no man does – but I like what is in work – the chance to find yourself. Your own reality – for yourself, not for others – what no other man can ever know.” 
(Joseph Conrad - quotes-motivational-inspirational.blogspot.com)

Don’t Give Up (jangan menyerah) adalah lagu yang ditulis oleh Peter Gabriel dan dinyanyikan duet dengan Kate Bush. Lagu yang terkenal pada tahun 1986 ini berkisah tentang seorang laki-laki yang menjadi korban krisis ekonomi di Inggris era tahun 1980an sebagai akibat dari kebijakan privatisasi besar-besaran pada pemerintahan Margareth Thatcher (Wikipedia). Lirik lagu ini dimaksudkan untuk memberi dukungan kepada para korban PHK….jangan menyerah dan putus asa karena selalu ada sahabat yang mendampingi. Dan kamu tidak sendirian. Tidak perlu malu. Masih ada kami – teman dan keluarga – yang siap menopangmu
Don't give up
'Cause you have friends
Don't give up
You're not the only one
Don't give up
No reason to be ashamed
Don't give up
You still have us
Don't give up now
Don't Give Up sangat pas  diperdengarkan di saat krisis ekonomi kembali melanda dunia, khususnya di Amerika dan  Eropa . Krisis ekonomi berarti penghematan. Penghematan di dunia kerja identik dengan pengurangan tenaga kerja yang berarti akan banyak orang yang semula memiliki pekerjaan berubah status menjadi  pengangguran. Tidak mempunyai pekerjaan sama dengan ketidakpastian….masa depan yang suram dan kabur.  Pengangguran adalah  momok yang sungguh menakutkan mengingat begitu berharganya suatu pekerjaan bagi manusia, terlebih di jaman yang sangat kompetitif dan materialistis sekarang ini.
Lagu Don’t Give Up ini mendorong kita untuk merenungkan tentang makna kerja dan pekerjaan bagi manusia. Mengapa bekerja dan pekerjaan  mempunyai nilai yang tinggi bagi manusia ?  
Bagi manusia modern, pekerjaan bukan sekedar sarana untuk memenuhi kebutuhan subsisten- kebutuhan pangan, papan dan sandang atau kebutuhan untuk bertahan hidup. Pekerjaan adalah status, bukan hanya ekonomi tapi juga status sosial. Bekerja bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, tapi juga kebutuhan psikologis dan sosial.
Peter Drucker menyatakan manusia adalah mahluk yang bekerja. Kerja adalah tanda dari kemanusiaannya. Dengan demikian manusia yang kehilangan pekerjaan akan merasa kehilangan nilai kemanusiaannya. Bagaimana pendapat Drucker tentang makna bekerja dan pekerjaan bagi manusia dapat disimak dari kutipan di bawah ini  :
Bekerja bukan hanya bermakna fisik, tapi juga psikologis. Dalam arti ini kerja bisa berarti berkat sekaligus kutuk. Orang perlu untuk bekerja. Namun seringkali kerja juga menjadi beban yang sangat berat. Dari sisi psikologis, fenomena pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan tidak hanya merusak situasi ekonomi seseorang, tetapi juga harga dirinya. Hegel seorang filsuf Jerman pernah berpendapat, bahwa kerja adalah aktualisasi diri seseorang. Drucker sendiri berpendapat bahwa kerja merupakan perpanjangan dari kepribadian manusia. Kerja adalah suatu pencapaian mimpi dan perwujudan prestasi. Kerja adalah adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan kemanusiaannya.
Banyak orang benci untuk bekerja. Mereka bermimpi untuk memiliki uang banyak, sehingga tidak lagi perlu bekerja. Namun pandangan itu tidak sepenuhnya tepat. Orang yang tidak bekerja, walaupun memiliki uang banyak, juga sulit untuk merasa puas dengan hidupnya. Mereka akan mengalami krisis identitas, karena pekerjaan membantu orang merumuskan identitasnya, walaupun tidak secara keseluruhan. Dalam arti ini dapatlah dikatakan, bahwa kerja memiliki dimensi psikologis yang mendalam, yang membantu orang untuk menentukan siapa dirinya.
Bekerja juga berdimensi sosial. Setiap orang butuh untuk bekerja, karena ia memiliki kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, dan menjalin relasi yang bermakna dengan orang-orang yang ada di sana. Aristoteles pernah mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang berpolis. Artinya manusia adalah mahluk yang membutuhkan kelompok untuk menegaskan jati dirinya. Bekerja adalah cara terbaik untuk menjadi bagian dari suatu kelompok (sumber dari SINI).
Dari pendapat di atas dapat dipahami mengapa pekerjaan bernilai tinggi di mata manusia. Dengan bekerja, orang mempunyai akses atau sarana untuk menumpuk kekayaan material yang saat ini menjadi kriteria utama untuk mengukur kesuksesan hidup seseorang. Mempunyai pekerjaan atau profesi yang bergengsi dan menjadi kaya serta mampu mengikuti tuntutan gaya hidup modern itulah tanda eksistensi diri dan lebih jauh lagi akan memperoleh penghormatan atau dihargai dan diakui oleh masyarakat atau komunitasnya.
Dengan bekerja, orang bisa mengaktualisasikan diri, bisa mengembangkan keahlian dan profesionalitasnya. Orang yang mampu bekerja dengan baik akan diapresiasi oleh atasan dan rekan kerjanya. Semua orang tentu ingin menunjukkan prestasi kerja. Kondisi sebaliknya, dianggap tidak mampu bekerja atau gagal memenuhi prestasi jelas akan membuat orang merasa tidak berharga sehingga merasa malu dan kehilangan muka. Terlebih lagi kalau itu semua berujung pada pemutusan hubungan kerja.  
Bekerja , dengan demikian, adalah persoalan harga diri. Terlebih bagi laki-laki. Konstruksi sosial budaya yang memposisikan laki-laki sebagai kepala keluarga dan penopang nafkah keluarga menjadikan laki-laki yang merasa paling down apabila menyandang status pengangguran. Sehingga apabila laki-laki yang menganggur tidak segera mendapatkan pekerjaan pengganti ditakutkan akan mengalami stress atau depresi. Dalam hal ini, dibutuhkan orang-orang terdekat baik keluarga, rekan kerja dan lingkungan kerja yang bisa menumbuhkan semangat juang dan harga diri, bukan justru memojokkan dan  membuat menjadi semakin terpuruk.
Untuk itulah, lirik lagu Don’t Give Up ini memberi pelajaran bagaimana menumbuhkan semangat keluarga, teman atau siapa pun yang tengah merasa breakdown karena tengah kehilangan pekerjaan atau mengalami kegagalan kerja. Seperti pepatah mengatakan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, tentu saja dengan catatan kalau kita mau belajar dari suatu kegagalan dan bangkit untuk meraih kesuksesan yang tertunda itu, bukannya malahan tenggelam dalam kesedihan dan kekecewaan. Dan ini lah yang bisa kita katakan pada mereka yang tengah mengalami kegagalan kerja :
We're proud of who you are
Don't give up
You know it's never been easy
Don't give up
'Cause I believe there's the a place
There's a place where we belong
Gambar : putushubungankerja.blog.com

 Link : http://www.youtube.com/watch?v=dduZbDFCG_E&feature=related




Dan ini lirik SELENGKAPNYA  lagu Don't Give Up 





Sabtu, 20 Agustus 2011

Hallelujah : Tentang Kesetiaan


Kali ini saya mau merenung tentang makna kesetiaan , khususnya menyangkut keteguhan untuk memelihara keutuhan rumah tangga. Isu ini menarik untuk diangkat mengingat kecenderungan tingginya angka perceraian di Indonesia sebagaimana nampak dari  DATA INI dan  INI.

Ada banyak faktor yang penjadi penyebab hancurnya mahligai rumah tangga, salah satunya adalah hadirnya orang ketiga.  Lirik lagu Hallelujah  (ciptaan penyanyi Kanada Leonard Cohen  dirilis tahun 1984) dengan pas menggambarkan godaan atau cobaan terbesar yang dihadapi dalam  menjaga keutuhan keluarga tersebut.   Melihat sepintas dari judulnya orang akan mengira ini lagu rohani Kristen. Meskipun mengambil judul istilah religius , lagu ini tidak menyanyikan tentang puja puji bagi Tuhan melainkan bicara seputar hubungan percintaan antara laki dan perempuan, pengkhianatan, perselingkuhan dan perzinahan. Jadi meskipun warna musiknya merupakan gabungan waltz dan gospel (lagu gereja) lagu ini lebih sebagai lagu cinta ketimbang lagu rohani.

Hallelujah biasa diucapkan di kalangan umat Nasrani yang berarti Puji Tuhan – Praise Yah sesuai dengan asal katanya bahasa Ibrani - hallelu dan Yah (dari YHWH). Hallelujah mempunyai makna yang sama dengan bahasa Arab Alhamdulillah – segala puji bagi Allah …All praise is due to Allah (Wikipedia).

Inilah lirik Hallelujah selengkapnya :

I've heard there was a secret chord
That David played and it pleased the Lord
But you don't really care for music, do you?
It goes like this: the fourth, the fifth
The minor fall, the major lift
The baffled king composing Hallelujah

Hallelujah, Hallelujah
Hallelujah, Hallelujah

Your faith was strong but you needed proof
You saw her bathing on the roof
Her beauty and the moonlight overthrew you
She tied you to a kitchen chair
She broke your throne, she cut your hair
And from your lips she drew the Hallelujah

Hallelujah, Hallelujah
Hallelujah, Hallelujah

Maybe I've been here before
I know this room, I've walked this floor
I used to live alone before I knew you
I've seen your flag on the marble arch
Love is not a victory march
It's a cold and it's a broken Hallelujah

Hallelujah, Hallelujah
Hallelujah, Hallelujah

There was a time you let me know
What's real and going on below
But now you never show it to me, do you?
And remember when I moved in you
The holy dark was moving too
And every breath we drew was Hallelujah

Hallelujah, Hallelujah
Hallelujah, Hallelujah

Maybe there's a god above
And all I ever learned from love
Was how to shoot at someone who outdrew you
It's not a cry you can hear at night
It's not somebody who's seen the light
It's a cold and it's a broken Hallelujah

Hallelujah, Hallelujah
Hallelujah, Hallelujah
Istilah Hallelujah dalam lagu ini untuk menyatakan bahwa rasa dan hubungan cinta antara laki dan perempuan merupakan suatu anugrah Tuhan yang indah dan agung,  namun kalau rasa dan relasi cinta itu tidak dipelihara bisa berubah menjadi suatu yang menyakitkan yang pada akhirnya bisa berkembang menghancurkan hidup manusia … cinta bukan parade kemenangan …cinta yang dikhianati bisa berubah  menjadi hubungan yang dingin …penuh kebencian …it’s a broken hallelujah.
Love is not a victory march
It's a cold and it's a broken Hallelujah
Ada ayat dalam Injil yang biasa dikutip dalam undangan pernikahan umat Nasrani yang intinya menyatakan …apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan hendaknya tidak dipisahkan oleh manusia.  Ikatan cinta antara laki dan perempuan adalah ikatan suci yang diikrarkan di depan altar dipimpin oleh pendeta atau pastor sebagai wakil Tuhan.  Pernikahan adalah relasi yang dijalin atas nama Tuhan dan untuk keagungan Tuhan. Ini berarti pernikahan adalah ikatan yang harus dipelihara dan dipertahankan seumur hidup.  Pernikahan adalah suatu bentuk dari ungkapan Hallelujah …demi nama Tuhan.
Namun untuk mempertahankan ikatan suci pernikahan adalah perjuangan yang tidak mudah bagi manusia…terlebih di jaman sekarang ini. Berapa banyak dari laki dan perempuan yang telah terikat tali pernikahan yang mampu mempertahankan keutuhan cintanya, Tidak pernah dipikirannya terlintas sedikit pun bayangan orang lain di tengah ikatan cintanya. Setia sepenuhnya…tidak pernah ada ketertarikan sedikitpun pada siapa pun selain istri atau suaminya.
Your faith was strong but you needed proof
You saw her bathing on the roof
Her beauty and the moonlight overthrew you
She tied you to a kitchen chair
She broke your throne, she cut your hair
And from your lips she drew the Hallelujah
Salah satu bait lirik lagu Hallelujah di atas menyatakan seseorang bisa saja mengaku mempunyai iman yang kuat , tapi itu perlu diuji …perlu dibuktikan.  Daud atau David saja kalah dalam memerangi nafsunya. Raja Daud terjebak dalam perzinahan karena tergoda Betseba istri prajuritnya Uria saat dia melalui balkon istananya melihat perempuan itu mandi. Kecantikan dan kemolekan tubuh Betseba membuat Daud melupakan imannya. Lupa akan Tuhannya…it’s a broken hallelujah.  Demikian pula Samson akhirnya dikalahkan musuhnya setelah rahasia kekuatannya yang terletak pada rambutnya yang tidak boleh dipotong itu diketahui musuh melalui kekasihnya Delilah.  Ternyata kekuatan dan kekuasaan laki-laki terkadang dengan mudah  takhluk  oleh  daya tarik  wanita, persis seperti bunyi lirik lagu Sabda Alamnya Ismail Marzuki .... namun adakala pria tak berdaya tekuk lutut di sudut kerling wanita.  
Memang benar  pernyataan bahwa perang terbesar itu adalah perang manusia menaklukkan hawa nafsunya.
Karena itu , menurut saya, laki-laki yang hebat adalah laki-laki yang bisa memegang janjinya  mempertahankan komitmennya untuk setia pada istrinya yang juga setia. Lebih hebat lagi kalau laki-laki itu adalah laki-laki yang berkuasa seperti Raja Daud. Berkuasa tanpa tergoda tahta, cinta dan wanita. Kalau laki-laki bisa menakhlukkan perang melawan nafsunya sendiri, saya kira dia akan bisa menghadapi peperangan melawan apa pun, termasuk melawan godaan kekuasaan terhebat di Indonesia…perang melawan korupsi.
Gambar : David and Bathseba - Wolfgang Krodel (www.lessing.photo.com)



 Untuk lirik lagu versi lengkapnya bisa dengarkan video INI

Senin, 15 Agustus 2011

Fragile : Manusia dan Tindak Kekerasan

An eye for eye only ends up making the whole world blind.
~ Mohandas Gandhi

"Fragile" merupakan lagu yang dinyanyikan oleh musisi Inggris Sting pada tahun 1987. Lagu ini dipersembahkan bagi Ben Lindler seorang insinyur sipil Amerika yang dibunuh oleh Contras (kelompok penentang pemerintahan Sandinista) pada tahun 1987 ketika tengah bekerja di proyek hidrolik di Nicaragua. Lagu ini juga banyak diperdengarkan di beberapa iklan setelah terjadi peristiwa tragedi 11 September (Wikipedia).
                                                                                   
Inilah lirik selengkapnya :

If blood will flow
when flesh and steel are one
Drying in the color
of the evening sun
Tomorrow's rain
will wash the stains away
But something in our minds
will always stay

Perhaps this final act was meant
To clinch a lifetime's argument
That nothing comes from violence
and nothing ever could
For all those born beneath an angry star
Lest we forget how fragile we are

On and on the rain will fall
Like tears from a star
like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are
How fragile we are

On and on the rain will fall
Like tears from a star
like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are
How fragile we are

Lirik Fragile bicara tentang tindak kekerasan yang sudah menjadi bagian dari perjalanan sejarah manusia. Ancaman konflik dan kekerasan dari  dahulu, kemarin, hingga  kini dan sampai kapan pun akan selalu menghantui hidup manusia.   Peristiwa demi peristiwa, waktu demi waktu yang datang silih berganti mungkin akan membuat orang melupakan suatu  tindakan kekerasan, namun ada luka trauma batin di ingatan manusia , terlebih para korban, yang tidak akan bisa terhapus oleh waktu dan akan menjadi bagian sejarah kelam dalam kehidupan seseorang.
If blood will flow
when flesh and steel are one
Drying in the color
of the evening sun
Tomorrow's rain
will wash the stains away
But something in our minds
will always stay
Hidup itu begitu berharga, sayangnya orang kadang baru menyadarinya saat terjadi tindak kekerasan yang merenggut nyawa manusia. Sungguh betapa rawan dan rapuhnya hidup seorang manusia. Begitu mudah dan murahnya nyawa seorang manusia…how fragile we are. Dan sejarah mencatat betapa naluri manusia untuk melakukan kekerasan bisa timbul setiap saat ada pemicunya. Bisa itu sentimen primordial berupa ikatan pada identitas ras, suku, agama, atau wilayah atau desakan ekonomi atau kebutuhan untuk survive atau bertahan hidup, bisa juga kepentingan politik atau perebutan kekuasaan. Dalam hal tindak kekerasan, nampaknya manusia tidak pernah mau belajar dari sejarah. Terbukti kekerasan  ,dengan dalih apa pun, tetap berulang-ulang terjadi - hingga saat ini.
Karena itu, lagu Fragile ini akan abadi dan relevan diperdengarkan untuk mengiringi renungan tentang berbagai tindak kekerasan, juga yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita sendiri dan di berbagai belahan dunia lainnya :  Afganistan, Timur Tengah, Irak, Norwegia dan baru saja di London.  Suatu utopia kalau berharap kekerasan itu akan berakhir sampai disini dan tidak bakal terjadi di masa datang. Tapi sungguh saya berharap khayalan ini bisa benar-benar terwujud sebab …nothing comes from violenceand nothing ever could

Link : http://www.youtube.com/watch?v=EmDQFWNjHpA&feature=related

Gambar : cacpeaceday. wikispaces. com

Kamis, 11 Agustus 2011

Antara Keberagaman dan Keseragaman : Refleksi di Hari Kemerdekaan

Gambar : monang245.wordpress.com

Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!
( Soekarno, Pidato di Surabaya, 24 September 1955 )
Keberagaman atau kebhinekaan adalah kodrat Ilahi. Segala makhluk dan alam ciptaan Tuhan adalah unik dan otentik.  Keragaman dan  keunikan alam semesta dan isinya menandakan bahwa Tuhan menyukai perbedaan atau kebhinekaan. Tuhan adalah Seniman Agung. Salah satu manifestasi keindahan dan keagungan karya Sang Seniman Agung itu dapat ditemukan di satu Negara yang  bernama Indonesia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau yang di dalamnya hidup aneka macam flora dan fauna serta ratusan etnis dengan beragam budaya . Hanya Indonesia yang mempunyai ratusan macam bahasa , tarian, dan lagu daerah, cerita rakyat, pakaian dan ritual adat. Indonesia adalah multikultur dan multikultur itulah Indonesia. Multikultural adalah identitas yang melekat pada Negara Indonesia. Identitas ini akan tetap kuat dan akan tetap ada selama yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila tetap eksis. Dengan begitu merusak atau meniadakan identitas multikultural sama saja dengan membuka jalan bagi hancurnya NKRI.
Keberagaman adalah realitas yang harus diterima oleh rakyat Indonesia. Negara ini dibangun oleh ratusan etnis dari Sabang sampai Merauke yang bersepakat bersama-sama berjuang melepaskan diri dari belenggu kolonialisme dan bercita-cita  mewujudkan sebuah Negara yang merdeka dan membangun kehidupan bersama yang damai, adil dan sejahtera. Kebersamaan nasib dan cita-cita adalah lem kuat yang merekatkan berbagai macam etnis ke dalam satu Negara yang diberi nama Indonesia.
Adapun paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran, dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan disebut dengan Nasionalisme (Ensiklopedi Nasional Indonesia)
Indonesia bukan Negara homogen atau monokultur seperti Jepang atau Korea. Sebagai Negara berlatar belakang heterogen, upaya penanaman nasionalisme  atau rasa cinta bangsa ( national  building)  menjadi fungsi yang wajib dijalankan terus menerus. Karena manusia sebagai makhluk yang unik , secara naluri mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan segala sesuatu yang menjadi symbol identitas dirinya yang membuatnya berbeda dengan manusia lainnya. Identitas ini biasanya terkait dengan tanda-tanda yang terberi atau kodrati atau pun tanda-tanda primordial  seperti suku, ras, adat istiadat budaya, agama dan daerah atau teritori.  Tantangan bagi Negara multikultur adalah bagaimana agar identitas bangsa tidak dikaitkan dengan identitas primordial tapi ke identitas nation atau bangsa.
Bangsa dan negara merupakan kesatuan komunitas masyarakat pluralis yang di dalamnya terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi yang diatur dalam sebuah sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Nasionalisme tidak dibatasi oleh suku, bahasa, agama, daerah dan strata sosial. Nasionalisme memberi tempat segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup (Sukarno, “Di Bawah Bendera Revolusi. Jilid 1.1964.hal.76)
Penanaman nilai nasionalisme merupakan upaya menyatukan berbagai suku bangsa ke dalam satu ikatan yang sama: ikatan kebangsaan Indonesia. Identitas baru ini dimaksudkan agar banyak suku bangsa yang sepakat untuk menyatu dalam wadah NKRI memiliki identitas yang seragam. Namun, keseragaman identitas dalam bingkai semangat nasionalisme ini tidak membunuh keberagaman. Berbeda-beda namun disatukan oleh kesamaan cita-cita. Perwujudan cita-cita bersama lebih penting dan berada di atas kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan. Inilah prinsip Bhineka Tunggal Ika atau Unity in Diversity. Prinsip ini menolak segala bentuk dominasi dan diskriminasi. Semua unsur komponen bangsa berkedudukan sederajat, tidak ada mayoritas dan minoritas.
Upaya menumbuhkan semangat nasionalisme  dapat dilakukan dengan pembentukan identitas simbolik seperti symbol Negara, bendera, lagu kebangsaan atau melalui penetapan bahasa persatuan serta penanaman nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan. Keberadaan Negara memang tidak dapat lepas dari simbol-simbol Negara. Simbol fisik menjadi media yang ampuh untuk alat identifikasi diri.. Orang begitu bangga dengan bendera, simbol Negara dan lagu-lagu nasional atau perjuangan. Pada awal kemerdekaan, kebanggaan terhadap segala sesuatu yang menjadi tanda keberadaan Negara Indonesia yang baru terbentuk itu begitu kuat.   
Kini, 66 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan – belum genap satu abad- apakah emosi dan sentiment kebangsaan di jiwa bangsa Indonesia masih semenggelora era tahun 40-50an. Penghormatan dan kebanggaan pada simbol dan identitas Negara apakah masih sekuat dulu? Apakah lagu-lagu kebangsaan atau lagu yang membangkitkan kebanggaan akan keragaman Indonesia masih dinyanyikan dengan semangat yang sama? Saya ingat betapa waktu SD dulu selama jam pelajaran bapak dan ibu guru pasti mengajak menyanyi lagu-lagu seperti “Dari Sabang Sampai Merauke”, “Garuda Pancasila”, “Berkibarlah Benderaku”, “Indonesia Pusaka”, dsb. Sepertinya sekarang ini saya jarang mendengar anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu itu. Di Radio dan TV hampir tidak ada acara yang dirancang untuk menumbuhkan rasa cinta bangsa, acara TV didominasi talk show politik dan sinetron dan hiburan yang dangkal. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah adanya pandangan seorang tokoh agama yang berpendapat menghormati bendera dan lagu kebangsaan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Sudah sedemikian parahkah erosi semangat nasionalisme di hati anak bangsa? Masihkah cita-cita Proklamasi Kemerdekaan yang berlandaskan Pancasila menjadi inspirasi bersama segenap komponen bangsa? Adakah semangat Bhineka Tunggal Ika atau Unity in Diversity telah luntur dan hanya tinggal sebagai  cerita masa lalu?
Mengapa semua ini terjadi?
Saya berpendapat semua peristiwa dan gejolak politik internal Indonesia tidak lepas dari perubahan lingkungan ekonomi politik global. Berakhirnya era Perang Dingin antara kekuatan blok sosialis komunis (Uni Soviet) dan blok demokrasi liberal (AS) melahirkan kekuatan ekonomi kapitalis yang menggerakkan liberalisasi dan globalisasi ekonomi. Arus globalisasi menyebabkan penyebaran proses dan hasil produksi secara global. Proses produksi suatu komoditas melibatkan sumber daya material dan manusia dari banyak Negara sehingga globalisasi membawa serta internasionalisasi pasar tenaga kerja.  Produk kapitalis global dikonsumsi oleh penduduk di banyak Negara , ini yang kemudian memunculkan apa yang disebut sebagai gaya hidup global. Global lifestyles merupakan bentuk penyeragaman budaya utamanya di kalangan anak muda melalui konsumsi foods, fashion, dan entertainment. Globalisasi telah mengancam Negara bangsa maupun komunitas-komunitas yang terbentuk atas dasar kesamaan identitas primordial.
Bumi yang satu ini pada mulanya dihuni oleh ribuan manusia yang membagi bumi menjadi wilayah-wilayah berdasarkan kesamaan identitas primordialnya. Tiap-tiap kelompok manusia merasa mempunyai ikatan sejarah keberadaannya dengan suatu wilayah bagian tertentu bumi Kelompok manusia – suku, ras, bangsa – akan mempertahankan segala tanda identitas tersebut bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan eksistensi identitasnya. Berapa banyak konflik dan peperangan yang terjadi demi memperjuangkan kelestarian identitas primordial.   Sejarah peradaban manusia adalah sejarah perjuangan mempertahankan ikatan-ikatan dan identitas primordial. Konflik Israel (Yahudi) dengan Palestina hanyalah salah satu contoh nyata dari beribu konflik berlatar belakang ikatan primordial.
Dalam perkembangannya, adanya migrasi dan kolonisasi telah mendorong interaksi antara manusia dari berbagai latar belakang ras, suku dan agama. Globalisasi dan perkembangan tehnologi informasi semakin membuka jalan lebar bagi pertemuan berbagai macam suku bangsa. Di era globalisasi hampir tidak ada suatu wilayah Negara yang didiami oleh satu suku bangsa. Tidak ada Negara yang berlatarbelakang monokultur.
Globalisasi menjadi pintu pembuka terjadinya interaksi manusia lintas suku, ras, agama, dan budaya. Interaksi antar manusia atau kelompok manusia tidak sekedar kontak fisik tapi juga kontak budaya dan nilai-nilai yang diyakininya. Disinilah benturan budaya mudah terjadi.
Dominasi dan hegemoni kekuasaan ekonomi, politik dan budaya Barat melalui globalisasi mengundang gerakan perlawanan terhadap kapitalisme dan globalisasi. Sentimen anti ideologi dan budaya Barat menguat dan memperoleh momentumnya di era globalisasi. Penyeragaman budaya justru melahirkan gerakan untuk kembali ke nilai-nilai lokal dan gerakan pemurnian praktek-praktek keagamaan. Berakhirnya kompetisi politik Negara super power ternyata tidak membawa ke kondisi yang damai, justru memicu gerakan perlawanan atas dasar perbedaan budaya dan keyakinan.
Posisi geopolitik Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra dan ditambah lagi Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia membuat Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh gejolak politik internasional. Indonesia karena jumlah penduduknya yang besar telah menjadi pasar potensial bagi pemasaran produk ekonomi global. Namun mayoritas penduduk Indonesia adalah  umat Islam yang mempunyai prinsip dan nilai-nilai yang terkadang tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya Barat yang cenderung sekuler dan liberal. Akibatnya, Indonesia menjadi ajang kontestasi antara kepentingan ekonomi politik Barat dan kepentingan agama.
Menguatnya keinginan untuk kembali ke nilai-nilai murni agama  sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Barat menguat sejak tahun 1980an dan semakin mengeras di tahun 2000an. Gerakan ini juga memperoleh dukungan kuat di Indonesia. Apabila globalisasi membawa bentuk penyeragaman budaya Barat, maka gerakan pemurnian agama juga membawa warna budaya  dimana agama itu dilahirkan. Budaya-budaya asing tersebut cenderung mengancam keberagaman Indonesia karena menanamkan pemahamn yang meposisikan budaya luar sebagai lebih superior dibandingkan nilai dan identitas lokal Indonesia.

Dalam menghadapi pengaruh budaya asing, langkah tepat yang menurut saya perlu dilakukan adalah dengan mengadopsi nilai-nilai positif dari budaya manapun sepanjang budaya tersebut dapat memperkuat eksistensi dan kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan sampai kekuatan ekonomi, politik dan budaya asing justru menjadi kekuatan yang digunakan untuk memecah-belah soliditas kebangsaan di Indonesia. Sungguh saya tidak berharap nasib NKRI berakhir seperti Uni Soviet, Yugoslavia, Cekoslovakia, dll.
Indonesia akan tetap ada selama berdiri di atas prinsip keseragaman yang menghargai perbedaan atau Bhineka Tunggal Ika, Unity in Diversity.
Jika James T. Ellison mengatakan :”The real death of America will come when everyone is alike”, maka pernyataan sama berlaku untuk Indonesia : :”The real death of Indonesia will come when everyone is alike

Untuk membangkitkan kecintaan pada Indonesia mari kita lihat  V I D E O  I N I